"Polisi melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat"
Slogan tersebut mungkin sudah sering kita dengar dan lihat di lingkungan kita sehari-hari, tetapi apakah memang benar begitu adanya?
Seorang anggota Brimob, Evan (22), dengan sangat lantang menegaskan arti yang tersirat di balik slogan tersebut. Dia beranggapan bahwa kita masyarakatlah yang membutuhkan polisi, sedangkan polisi sama sekali tidak membutuhkan masyarakat. Dia mengatakan hal itu lewat status Facebook-nya yang berbunyi :
"Polri tak butuh masyarakat, tapi masyarakat yang butuh Polri. Maju terus kepolisian Indonesia. Telan hidup2 cicak kecil"
Bukan hanya itu, Evan pun menghina masyarakat yang seharusnya dilindungi, diayomi, dan dilayani olehnya. Apakah ini sikap seseorang yang dapat melindungi masyarakatnya?
Indonesia adalah negara demokrasi, dimana kekuatan terbesarnya terletak pada rakyat Indonesia itu sendiri. Dan Evan berpendapat bahwa masyarakat itu adalah sekumpulan orang-orang kecil dan bodoh yang tak mengerti hukum, layaknya cicak kecil menjijikkan yang berada di sudut ruang rumah.
Memang benar adanya jikalau masyarakat itu membutuhkan polisi untuk menegakkan hukum. Tapi seperti yang bisa kita lihat saat ini bahwa polisi sendiri dapat memanipulasi hukum yang ada di negara ini. Kasus Bibit-Chandra menjadi bukti konkretnya.
Di usianya yang masih belia dapat terlihat arogansi Evan Brimob yang merasa bahwa dirinya lah yang paling hebat. Apa jadinya negara ini kalau bibit penegak hukum di Indonesia diisi oleh orang-orang seperti Evan? Yang akan terjadi adalah kekacauan.
Menurut saya aparat negara pun hanya akan menjadi cicak tanpa adanya dukungan dari masyarakat. Jadi saya minta hargailah masyarakat, karena tanpa kehadiran kita anda bukanlah apa-apa.
Maaf kalau tulisan yang saya buat menyinggung para pembaca sekalian dan beberapa pihak. Saya hanya menyampaikan pendapat, perasaan, dan fakta yang ada.
Contoh kasus Evan mungkin hanya satu dari sekian banyak arogansi aparatur negara.
Semoga saja Polri menghilangkan bibit-bibit kotor yang dapat mencemari instansinya.
Dan semoga saja Polri dapat membuktikan slogan mereka dan dapat menjadi penegak hukum yang berlaku di Indonesia.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Berikut adalah link yang menjadi perdebatan antara Evan dengan beberapa orang :
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2697264
Dan ini adalah link profile Evan :
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000468780129#/profile.php?id=100000468780129&v=wall
About Me
Rabu, 04 November 2009
Minggu, 01 November 2009
Cinta Sang Purnama
Malam ini.. Malam yang indah..
Mendamaikan hati, mendatangkan mimpi..
Hanya ada aku di sisi jalan ini..
Aku yang sendiri tapi tak merasa sepi..
Kutengadahkan kepala menuju satu titik di angkasa..
Kulihat bintang-bintang bertebaran di langit sana..
Cantik sang bulan memamerkan sinarnya..
Cahaya anggun keperakan sang purnama membagikan cintanya..
Serangga malam pun bernyanyi menikmati malam ini..
Dan aku mulai menari mengikuti alunan melodi..
Angin malam berhembus menggoda anganku..
Dan dengan tulus kulambungkan khayalku..
Awan-awan pun sedang berkelana..
Menyampaikan suatu cerita..
Kepada seorang manusia..
Tentang cinta sang purnama..
Oh Tuhan..
Bulan ini bulan yang baru..
Yang akan menjadi awal dari langkahku..
Mengarungi samudera hidupku..
Mendamaikan hati, mendatangkan mimpi..
Hanya ada aku di sisi jalan ini..
Aku yang sendiri tapi tak merasa sepi..
Kutengadahkan kepala menuju satu titik di angkasa..
Kulihat bintang-bintang bertebaran di langit sana..
Cantik sang bulan memamerkan sinarnya..
Cahaya anggun keperakan sang purnama membagikan cintanya..
Serangga malam pun bernyanyi menikmati malam ini..
Dan aku mulai menari mengikuti alunan melodi..
Angin malam berhembus menggoda anganku..
Dan dengan tulus kulambungkan khayalku..
Awan-awan pun sedang berkelana..
Menyampaikan suatu cerita..
Kepada seorang manusia..
Tentang cinta sang purnama..
Oh Tuhan..
Bulan ini bulan yang baru..
Yang akan menjadi awal dari langkahku..
Mengarungi samudera hidupku..
Di Balik Tenda
Di kala Tuhan murka
Dia menunjukkan kuasanya
Bumi berguncang dengan kerasnya
Membelah tanah, menggetarkan jiwa
Di kala Tuhan murka
Manusia tak kan pernah berdaya
Meruntuhkan rumah beserta isinya
Mendatangkan duka dan lara
Anak-anak berteriak dengan kerasnya
Orang tua tak tahu harus berbuat apa
Mereka hanya saling bertatap muka
Menyaksikan rumahnya yang sirna
Hewan-hewan berlarian tanpa henti
Seakan dikecam rasa takut akan mati
Alam pun hanya menjadi saksi
Atas keagungan Tuhan kami
Ya Tuhan..
Apa yang telah kami perbuat sehingga Engkau marah?
Apakah kami telah melupakan-Mu?
Melalaikan tugas yang telah Engkau berikan kepada kami?
Rumah mewah dan bangunan yang megah
Kini telah berubah menjadi puing-puing
Manusia yang berkumpul di tengah sawah
Memperdengarkan suara tangis yang melengking
Mereka telah kehilangan hartanya, tempat tinggalnya
Digantikan oleh sebuah tenda
Mereka telah kehilangan sanak saudaranya, dan orang-orang yang dicintainya
Tak akan ada satu pun hal yang dapat menggantikannya
Angin berhembus di balik puing reruntuhan
Awan hitam kelam menyelimuti langit
Matahari seakan enggan memberi sinar terang
Yang ada hanyalah angin dingin yang menusuk kulit
Sinar bulan yang temaram
Debur ombak yang memecah karang
Manusia pun hanya terdiam
Menatap langit tak berbintang
Di balik tenda itu mereka bernaung, diliputi gema tangisan yang menggaung
Di balik tenda itu mereka terlelap, saat terang berubah menjadi gelap
Di balik tenda itu mereka mengadu, dan menangis tersedu-sedu
Di balik tenda itu mereka terdiam, sedang menantikan secuil harapan
Kubuka mata, hati, dan telinga, mendapatkan suatu cerita duka
Kulangkahkan kaki menuju sana, untuk menjadi pelipur lara
Kuulurkan tangan untuk mereka, meringankan beban derita
Kupanjatkan doa kepada-Nya, dan memohon ampunan-Nya
*dedicated to*
Semua saudara-saudaraku yang terkena musibah gempa..
Dia menunjukkan kuasanya
Bumi berguncang dengan kerasnya
Membelah tanah, menggetarkan jiwa
Di kala Tuhan murka
Manusia tak kan pernah berdaya
Meruntuhkan rumah beserta isinya
Mendatangkan duka dan lara
Anak-anak berteriak dengan kerasnya
Orang tua tak tahu harus berbuat apa
Mereka hanya saling bertatap muka
Menyaksikan rumahnya yang sirna
Hewan-hewan berlarian tanpa henti
Seakan dikecam rasa takut akan mati
Alam pun hanya menjadi saksi
Atas keagungan Tuhan kami
Ya Tuhan..
Apa yang telah kami perbuat sehingga Engkau marah?
Apakah kami telah melupakan-Mu?
Melalaikan tugas yang telah Engkau berikan kepada kami?
Rumah mewah dan bangunan yang megah
Kini telah berubah menjadi puing-puing
Manusia yang berkumpul di tengah sawah
Memperdengarkan suara tangis yang melengking
Mereka telah kehilangan hartanya, tempat tinggalnya
Digantikan oleh sebuah tenda
Mereka telah kehilangan sanak saudaranya, dan orang-orang yang dicintainya
Tak akan ada satu pun hal yang dapat menggantikannya
Angin berhembus di balik puing reruntuhan
Awan hitam kelam menyelimuti langit
Matahari seakan enggan memberi sinar terang
Yang ada hanyalah angin dingin yang menusuk kulit
Sinar bulan yang temaram
Debur ombak yang memecah karang
Manusia pun hanya terdiam
Menatap langit tak berbintang
Di balik tenda itu mereka bernaung, diliputi gema tangisan yang menggaung
Di balik tenda itu mereka terlelap, saat terang berubah menjadi gelap
Di balik tenda itu mereka mengadu, dan menangis tersedu-sedu
Di balik tenda itu mereka terdiam, sedang menantikan secuil harapan
Kubuka mata, hati, dan telinga, mendapatkan suatu cerita duka
Kulangkahkan kaki menuju sana, untuk menjadi pelipur lara
Kuulurkan tangan untuk mereka, meringankan beban derita
Kupanjatkan doa kepada-Nya, dan memohon ampunan-Nya
*dedicated to*
Semua saudara-saudaraku yang terkena musibah gempa..
Langganan:
Postingan (Atom)