About Me

Foto saya
I play at everybody's mind. I live in everybody's heart.

Sabtu, 28 Maret 2015

"PROUDNESS"

Garut, 29 Maret 2015

Waktu pun mengalah kepada sang rembulan yang memaksa hari untuk berganti, meskipun matahari pagi belum bersemi.

Dua hari yang lalu merupakan salah satu peristiwa bersejarah dalam lini masa hidupku. Pasalnya, aku telah resmi menyelesaikan jenjang akademik yang lebih tinggi daripada batas minimal yang konon dilabeli sebagai "manusia intelek" oleh status sosial.

Puluhan ucapan "selamat" secara implisit maupun eksplisit pun kuterima. Dari orang tua, kakak-kakak tercinta, para sahabat dan teman baik, bahkan orang-orang yang sudah lama kukenal lalu hilang bersembunyi di balik bayangan pun kembali memasuki cahaya hanya untuk mengucapkan,

"Selamat atas kelulusannya!"

atau

"Congraduations! I am so proud of you!"

Tanpa mengurangi rasa syukur, Aku membalas terima kasih, dengan alakadarnya. Lalu timbul satu pertanyaan dalam hatiku akan ucapan-ucapan itu.

"Apa yang harus kubanggakan?"

Yes, that is exactly what my heart said to me. 

Hal ini bisa jadi terdengar sedikit janggal bagi seorang wisudawan dengan indeks prestasi memuaskan di salah satu kampus ternama. Tapi tidak bagiku, kata-kata itu mengiang begitu keras sampai membentur gendang telinga. Disusul benturan pertanyaan antara dua sisi dalam diriku. Pertanyaan-pertanyaan seperti :

"Apakah aku harus bangga terhadap diriku untuk menyelesaikan sesuatu yang memang sudah seharusnya aku selesaikan?"

"Apakah aku harus berbangga diri dengan indeks prestasi memuaskan sementara banyak lulusan lain yang memiliki indeks prestasi lebih tinggi bahkan dengan bonus prestasi akademik lainnya?"

"Apakah aku harus berbangga diri akan kelebihan ilmu yang kuperoleh sementara banyak saudara setanah airku yang belum mampu mencicipi pendidikan paling dasar sekalipun?"

"Apakah aku harus puas dengan predikat dan gelar baru sementara aku masih belum dapat menyalurkan dan mengamalkannya?"

Jawabannya adalah tidak.

Ya, tidak.
Tidak boleh berbangga.
Dan tidak pula harus menjadi puas.

Rasa bangga itu seringkali menyesatkan. Menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesombongan.

Sombong karena merasa lebih tahu.
Sombong karena merasa lebih cerdas.
Sombong karena merasa lebih pandai

Aku teringat pada satu peribahasa "Seperti padi, semakin berisi semakin merunduk."
Meskipun telah lama aku mengetahui artinya, baru kali ini aku benar-benar memahami kedalaman maknanya. Sebagaimana yang telah diilustrasikan sebelumnya.

Hari ini aku menjalani wisata keluarga besar ke Garut. Meskipun singkat, perjalanan dari Bandung ke Garut dan waktu yang kuhabiskan di sini cukup membuatku tersadar. Bahwasanya memang manusia tidak berhak untuk berbangga hati, apalagi menyombongkan diri.

Lihatlah sekitarmu.
Orang-orang di sekelilingmu.
Hamparan alam (yang mungkin telah banyak disulap menjadi beton bertingkat oleh ribuan tangan manusia) di kanan dan kirimu.

Tanyakan kepada dirimu, "Hal baik apa yang sudah pernah kamu lakukan untuk mereka? Untuk manusia dan untuk alam."

Lalu tengadahkan kepalamu ke atas langit, dan perhatikan tanah tempat kakimu menjejak.

Oooh, Tuhan..
Langit-Mu begitu tinggi dan luas. Dan Engkau menciptakan kami semua dari tanah yang kami injak.

Jauhkanlah kami dari sifat berbangga hati dan sombong atas segala hal yang Engkau titipkan di dunia ini. Bimbinglah kamu untuk dapat menyalurkan karunia-Mu dan mengamalkannya dalam jalan-Mu.

Engkaulah Yang Maha Agung.
Yang Maha Besar dan Berkuasa.
Satu-satunya Dzat yang berhak menerima pujian serta kebanggan atas ciptaan-ciptaanmu.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Sabtu, 10 Januari 2015

LUPA

Dunia, ibarat oase di tengah padang pasir yang menghampar luas. Ada yang nyata, seringkali cuma fatamorgana. Khayal yang menjelma menjadi dusta. Memperdaya akal pikiran. Dan juga hati.

Manusia seringkali lupa.
Bahwa dunia hanyalah tempat peristirahatan sementara sebelum akhirnya semua akan disemayamkan di dalam baka. Tempat terdapat kehidupan nyata berisi kedamaian dan kebahagiaan abadi.

Ya, jika manusia pantas mendapatkannya. Dengan tidak terlalu lama terjebak di dalam fana.

Kadang Aku berpikir.
Apakah itu terjadi karena manusia seringkali membenarkan yang biasa ketimbang membiasakan yang benar. Sesuatu yang telah menjadi tradisi dan kebiasaan akan dilestarikan. Sementara kebenaran seringkali ditutup-tutupi. Atau mungkin dimusnahkan seperti bukti-bukti pelaku kejahatan yang tercecer lalu dihilangkan oleh pihak otoritas berkepentingan yang menyewa pelaku kejahatan di film-film detektif dan konspirasi.

Dalam kehidupan nyata, bisa jadi pihak otoritas yang berkepentingan di sini adalah akal. Bisa juga hati. Tergantung situasi apa yang membuat mereka menjadi lebih dominan dan mampu membuyarkan realita. Bias. Seperti pensil di dalam gelas berisi air.

Manusia seringkali lupa.
Bahwa manusia hanyalah butiran debu di alam semesta yang luas ini. Begitu kurang lebih kata para peneliti. Meskipun pernyataan itu agaknya masih terlalu berlebihan untukKu. Berlebihan sombongnya.

Bagaimana bisa manusia disamakan dengan butiran debu alam semesta jika pada kenyataannya manusia lebih kecil daripada itu? Bahkan bisa dikatakan tidak ada.

Pernahkah kamu membayangkan, betapa besar dan perkasanya manusia di hadapan semut? Seolah manusia bisa mengatur hidup semut itu sesuka hati. Aku yakin kebanyakan dari kalian pasti pernah mengamati semut sambil membayangkan demikian.

Tapi pernahkah kamu membayangkan ketika manusia adalah semut itu sementara Sang Pengatur Alam Semesta itu adalah kamu yang sedang mengamati semut? Betapa kecil kalian di hadapan-Nya. Bahkan sebetulnya jauh lebih kecil hingga tidak bisa dilihat sekalipun memakai mikroskop binokular. Bisa dikatakan manusia itu tidak ada.

Pernahkan kamu membayangkan kehidupanmu kelak?

Bukan.
Bukan 10 tahun ke depan.
Bukan pula 40 tahun yang akan datang.
Tapi kehidupanmu ketika kamu tidak hidup lagi. Ketika sebagian dariKu yang Kutitipkan telah kau kembalikan.

Manusia seringkali lupa.
Bahwa tanpa nyawa manusia hanyalah seonggok tulang berbalut daging dan darah yang hanya bisa terbujur kaku.
Tanpa rasa. Tanpa asa. Tanpa logika.
Bahwa tanpa kemurahan hatiKu manusia tidak akan memiliki apa-apa.

Kadang Aku berpikir.
Tidakkah cukup semua yang telah Kusediakan di alam ini untuk manusia?
Tanah yang Kujadikan tubuh dan kujadikan tempat manusia berpijak dan mencari makan. Laut yang Kujadikan indah lengkap dengan ikan untuk manusia nikmati. Akal yang sehat agar manusia bisa berpikir, belajar, dan mencari penghidupan. Dan Hati yang mampu bersedih, bahagia, marah mencintai dan menyayangi agar manusia dapat mengenali sebagian sifatKu.

Manusia seringkali lupa.
Bahwa manusia itu pelupa.

Maka ingatlah diriKu. Dan Aku akan mengingatmu.

#FoodForThoughts #FoodForSouls #DailyReminder

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." 
(QS 2:152)

Minggu, 18 Agustus 2013

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA

Masih pada inget nggak sama isi dari Pancasila? 6 Tahun di SD, 6 Tahun di SMP & SMA pasti dibacain setiap ada upacara bendera. Keterlaluan dong ya kalo sekarang pada lupa. :)

Tapi saya akan mencoba mengingatkan kembali Pancasila kepada teman-teman semua. Selamat membaca!

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
Sila pertama yang menyatakan bahwa Tuhan itu hanya ada satu. Daripada-Nya kita ada dan hanya kepada-Nya kita kembali.

QS 2:163 - "Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

QS 112:1 - "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa."

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Manusia diciptakan untuk membantu sesamanya dan menjadi rahmat untuk semesta alam, bukan untuk mendzalimi satu sama lain.

QS 21:107 - "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

QS 4:135 - "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."

QS 2:224 - "Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

3. PERSATUAN INDONESIA
Sila ketiga yang mencerminkan slogan Bhinneka Tunggal Ika, dengan segala keberagaman tetapi semua mengacu pada satu tujuan.

QS 49:10 - "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."

QS 49:13 - "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYARAWATAN / PERWAKILAN
Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi, melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.

QS 3:159 - "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."

QS 27:32 - "Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)."

QS 42:38 - "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka."

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Sila terakhir merupakan dasar dari pemerataan pembangunan Indonesia, agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan kekayaan negerinya secara adil.

QS 4:58 - "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

QS 5:8 - "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

QS 16:90 - "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

PANCASILA sebagai dasar negara terbukti mengandung ajaran-ajaran dari Al-Quran. Jika saja para pemimpin bangsa ini mau membaca, mempelajari, memahami, menerapkan, dan menyiarkan isi dari Kitab Allah mungkin Indonesia dapat menjadi negara paling makmur sedunia.

QS 16:112 - "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari ni’mat-ni’mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat."

Hanya saja karena seringkali kepentingan pribadi mengalahkan kepentingan golongan, dan hawa nafsu telah menguasai hati, banyak sekali manusia yang lupa akan jati dirinya. 

QS 7:96 - "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Mari semua kita kembalikan kepada Allah dan ajarannya dalam Al-Quran, karena Al-Quran adalah pedoman bagi umat manusia, terlepas dari apa agamanua, suku bangsanya, ataupun warna kulitnya. Agar kita dapat keluar dari kegelapan, dan berjalan bersama menuju cahaya.

QS 45:20 - "Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini."

QS 4:174 - "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)."

QS 2:257 - "Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."

Jumat, 01 Maret 2013

CERMIN JIWA

Pernahkah engkau merenungkan untuk apa sebenarnya Tuhan memberikan kita panca indera?

Tuhan menciptakan mata untuk melihat, mulut untuk berbicara, telinga untuk mendengar, serta indera-indera lainnya yang juga menjadi keberkahan dan nikmat bagi kita.

Benarkah demikian? 

Di balik itu, panca indera yang kita miliki hanya mampu mendeteksi apa yang ada di dunia. Tidak dapat digunakan untuk "merasakan" hal-hal yang ghaib. 

Sementara Tuhan adalah Maha Ghaib..

Mata seorang manusia,
Ketika melihat objek yang agak jauh saja sudah mulai kabur..
Ketika melihat pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air saja terlihat bengkok..
Mencoba melihat langsung matahari di langit tanpa menyipitkan mata saja sudah kesakitan..

Padahal objeknya begitu jelas, begitu nyata, begitu duniawi, tapi kita begitu mudah terperdaya..

Seorang bijak pernah berkata bahwa, "Realita (kenyataan) yang kita lihat di hadapan kita (dunia), adalah refleksi dari realita (kenyataan) yang terjadi di dalam diri kita."

Jika mata adalah jendela jiwa, maka hati adalah cerminan jiwa..

Hati merupakan mata batin, secuil dari energi ilahi yang diturunkan ke bumi, ke dalam makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna, yaitu kita, Manusia.

Semakin bersih cermin yang kita miliki, akan semakin jelas & bersih pula pantulan yang dihasilkannya.. Sebaliknya, semakin kotor cermin yang kita miliki, akan semakin buram & kotor pula pantulan yang dihasilkannya..

Bukalah jendela hatimu, bersihkanlah cermin jiwamu, aktifkanlah energi ilahi di dalam dirimu. 

Karena hanya dari Dia-lah kita berlayar, dan hanya kepada Dia-lah kita semua akan berlabuh.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Mematikan lagi Maha Menghidupkan.

Wiraldi @Byusyem :)

BERANDA AKSARA,
Jumat, 1 Maret 2013

Rabu, 30 Januari 2013

SURAT UNTUK TUHAN


Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih & Maha Penyayang..

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam..

Tahun demi tahun telah terlewati..
Setiap detik yang begitu berharga..

Terkadang menjadi penyesalan, terkadang berupa kebahagiaan, tetapi semua adalah pengalaman..

25 tahun yang lalu, aku dilahirkan..
Bumi beserta isinya bersorak-sorai bergembira, menyambut kehadiran energi baru di dalamnya..

Begitu kecil.. Begitu mungil.. Begitu polos.. Begitu murni..

Fase anak sudah terlewati..
Begitu pun fase remaja..

Sekarang aku sedang menapaki fase kehidupan baru,
mendaki gunung tak berpuncak, hanya imajinasi yang menjadi batasannya.

Semakin hari semakin sering kurenungkan makna kehidupan. Tujuan aku dilahirkan ke dunia.

Rahmatan lil al’min..

Menjadi rahmat bagi semesta dunia..

Itu adalah tujuan akhir hidupku..

Di tahun ke-25 aku dilahirkan, di tengah jatah usia yang semakin terkikis oleh waktu, aku semakin sadar, bahwasanya aku tak pantas lagi meminta.

Aku harus lebih banyak memberi.. memberi.. dan terus memberi..

Aku tidak meminta dilahirkan di keluarga ini, tapi aku sangat bersyukur karena aku memiliki Ibu, Ayah, dan kedua kakak yang luar biasa.

Aku tidak meminta dilahirkan menjadi seorang lelaki gempal, tetapi aku sangat bersyukur karenanya aku dapat belajar untuk berjuang.

Aku tidak meminta dilahirkan di Indonesia, tetapi aku sangat bersyukur karena aku sadar bahwa Engkau telah memberikanku kesempatan untuk menebarkan rahmat-Mu di Negara yang ternodai ini.

Terima kasih ya Allah, atas segala nikmat yang telah Engkau berikan, meski aku tidak pernah meminta.

Engkau yang Maha Bijaksana..
Engkau yang Maha Mengetahui..
Engkau yang Maha Menyayangi..

Hanya satu pintaku dari-Mu, ya Allah, bimbinglah aku untuk terus menapaki kehidupanku di jalan-Mu, jalan shiratal mustaqim, jalan yang Engkau ridhai & rahmati, yang Engkau berikan segala nikmat di dalamnya..

Hingga akhir masa..

Ketika waktu terus berpacu, sementara jiwa telah lepas dari raga..

Karena sesungguhnya Engkau selalu dekat denganku, lebih dekat dari jarak urat nadi di tubuhku..

Aamiin, aamiin, Ya Rabbal Al’amin..

Beranda Aksara, 30 Januari 2013