About Me

Foto saya
I play at everybody's mind. I live in everybody's heart.

Kamis, 30 September 2010

THE ASSASSINS

Sudah pernah nonton film Prince of Persia belum? Jika yang sudah pernah menonton, tentu kata Assassins terdengar familiar di telinga kalian. Kali ini saya akan bercerita mengenai satu kelompok yang ada di film Prince of Persia, yaitu The Assassins.

Pada pertengahan abad ke-12, di Syria terdapat sebuah kelompok rahasia para penghisap ganja. Mereka berusaha merebut tahta kepemimpinan Islam pada masa itu dengan cara-cara kekerasan. Kelompok ini memiliki struktur organisasi yang rapi. Mereka membangun sistem sel bawah tanah. Membentuk agensi dan spionase dengan struktur kepemimpinan piramidal. Jaringan intelejen piramidal ini mereka gerakkan di tengah masyarakan Muslim di seluruh dunia.

Pada awalnya, kelompok Assassins ini disebut Nizariyah. Karena, mereka berusaha mengembalikan Pangeran Nizar al-Toyyib ke tahta kekuasaan Mesir. Nizariyah melakukan cara ini karena yakin bahwa Pangeran Nizar al-Toyyib adalah reinkarnasi Nabi Ismail as. Namin berkali Nizariyah salah patron dan gagal meraih tujuan. Akhirnya mereka berinovasi menentukan pemimpin.


Dalam kepemimpinan piramidal ini, ada satu pemimpin tertinggi. Tugasnya mengatur seluruh agen-agen di berbagai wilayah masyarakat Muslim. Para eksekutor kelompok dalam organisasi ini disebut Assassins.

Merasa mendapat jalan buntu dan jengah mengalami kegagalan akibat salah memilih pemimpin, Nizariyah mereorientasi sistem organisasi dan bertindak berbeda dengan cara-cara sebelumnya. Kali ini, Nizariyah melanggar syariah Islam. Mereka menyabotase dan mengadopsi secara compang-camping akidah Syiah tentang Imam Mahdi. Dengan dalih mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Imam Mahdi, Imam ke-12 yang diagungkan masyarakat Syiah, kelompok Nizariyah melancarkan serangan bawah tanah kepada orang-orang yang dianggap musuhnya.

Perbuatan Nizariyah ini jelas bertentangan dengan syariah Islam yang disampaikan Nabi Muhammad saw dan keyakinan masyarakat Syiah. Kepemimpinan Nabi Muhammad itu dilanjutkan oleh 12 Imam. Imam terakhir adalah Imam Mahdi yang dijanjikan Allah SWT sebagai penegak keadilan akhir zaman.


Sehebat apapun atraksi mereka, meski mengklaim gerakannya demi mempersiapkan kehadiran Imam Mahdi, jelas mereka melanggar syariat Islam Syiah. Misalnya, kelompok Nizariyah membolehkan setiap pemimpin mereka memiliki hak istimewa; meminum anggur hingga mabuk, menghisap ganja hingga teler. Lebih fatal lagi, pemimpin mereka dihalalkan membunuh umat Islam lainnya dengan dalih jihad. Penyimpangan total terhadap syariat Islam yang mereka lakukan menjadi asalan ulama Syiah mendakwa mereka sebagai orang-orang murtad dan sesat.

Setelah dinyatakan bersalah dan sesat, kelompok Nizariyah meninggalkan Mesir dan pindah ke Syiria. Kemudian, di sana kaum Nizariyah dikenal sebagai kelompok Hashshasin. Bahasa Inggris mengonversi kata ini menjadi Assassins, yang artinya pembunuh. Namun, penegasan ini masih mengandung kontroversi. Hashshasin yang diartikan "penghisap ganja", menurut beberapa pakar Bahasa Arab berasa dari kata yang artinya "penjaga rahasia-rahasia".

Selanjutnya, dalam kendali kepemimpinan Hasan bin Sabah, kelompok Assassins banyak melakukan serangan gerilya secara keji. Mereka menyerang kota Baghdad dari markas besar Lembah Alamut, di sebelah utara Persia. Mereka berusaha menggulingkan penguasa pada masa itu.


Dalam The History of The Assassins, Amin Maluf menjelaskan bahwa Hasan bin Sabah adalah master budaya dan penyair yang mengusai sains modern. Hasan bin Sabah berusaha keras membangun organisasi Assassins. Dia mengadopsi teknik-teknik Darul Hikmat di Kairo, Mesir. Dia berambisi memajukan organisasi yang dipimpinnya itu. Terbukti, setelah dua abad lebih, kelompok Assassins lihai membunuh musuh-musuhnya dengan racun dan senjata. Kelompok ini juga mahir melakukan serangan-serangan bawah tanah yang pernah menjadi momok di kawasan Timur Tengah.

Benteng Assassins di Lembah Alamut menjadi salah satu legenda Persia yang terkenal dengan sebutan "surga dunia". Marco Polo terkesan akan kemegahan dan kemewahan Benteng Alamut. Usai perjalannya melintasi benteng itu pada tahun 1271 M, dia menulis :

"Di lembah elok itu, di antara dua gunung tinggi menjulang, dia (Hasan bin Sabah) membangun taman-taman mewah. Di dalamnya tumbuh semua pohon berbuah ranum dan segala tumbuhan harum yang bisa dipetik. Istana-ostamana dengan ragam luas dan bentuk dibangun di setiap hamparan taman yang berbeda-beda. Istana-istana itu dihiasi batu emas. Di dinding-dindingnya bergelantungan lukisan-lukisan. Di jendela-jendelanya bermacam kelambu sutra mewah terpajang.

Di ruang-ruang itana, suguhan anggur, susu, madu, dan air bersih tersaji di setiap sudutnya. Penghuninya gadis-gadis cantik molek. Mereka semua pandai bernyanyi, memainkan berbagai alat musik dan menari. Mereka semua manja serta memikat dengan sejuk.

Sebuah kastil kokh, seolah mustahil dihancurkan menancap di gerbang. Dia ingin tak seorang pun masuk ke "surga dunia" itu tanpa ijinnya. Itulah pintu masuk menuju lembah elok itu."



Hasan bin Sabah merekrut para pemuda di wilayahnya sebagai pengikutnya dengan cara membius mereka dan mengangkutnya ke lembah itu. Setelah sadar, ternyata mereka berada di "surga dunia" itu. Pemandangan surga dunia dipamerkan kepada mereka. Segala kenikmatan bius mereka rasakan berabrengan dengan doktrin-doktrin sebelum akhirnya dilepas kembali ke tengah masyarakat.

Setelah para pemuda itu diculik oleh Hasan bin Sabah untuk dijadikan murid, ketika itu mereka dicuci otak dengan berbagai merek dan tipe tipu daya. Akal sehat mereka hilang. Bagi mereka, sosok Hasan bin Sabah adalah segalanya. Moto mereka kemudian menjadi : Tak ada larangan! Semua halal!

Para pemuda "berotak baru" itu telah terbiasa dengan kenikmatan di lembah "surga dunia". Akhirnya mereka merasakan dunia luar tak bernilai apa-apa. Mereka mabuk doktrin Hasan bin Sabah. Setelah terbiasa dengan kemewahan, ketika mereka dikembalikan di lingkungan semula yang sarat dengan kerja keras dan hambatan-hambatan, timbul rasa ingin kembali ke taman surgawi Hasan bin Sabah. Untuk mendapatkan lagi kenikmatan itu, mereka halalkan segala cara dan rela melakukan apa pun meski nyawa taruhannya.

Art of Imposture (Seni Menipu), begitu Abdul Rahman menulis. Dia cata muslihat Hasan bin Sabah ketika memerintah seorang murid terdekatnya yang memiliki loyalitas tinggi ditanam hingga leher. Kemudian murid yang hanya kelihatan kepalanya di atas tanah itu dilumuri darah segar. Tampaklah kepala itu tanpa tubuh. Sebelumnya murid terdekat itu dikabarkan terpanggal kepalanya di medan perang. Setelah murid loyal itu benar-benar tampak seolah mati, Hasan bin Sabah mengumpulkan murid-murid barunya untuk menyaksikan kepala berlumur darah tanpa tubuh itu. Di depan murid-murid baru itu, murid loyal yag hanya tampak kepalanya di atas itu mengabarkan kenikmatan surga.

Murid-murid baru pun mendengar syair-syair palsu tentang surga yang terujar dari kepala berlumur darah itu. Indah dan menggiurkan. Mereka menyangka, seniornya itu telah masuk surga. Setelah Hasan bin Sabah benar-benar yakin bahwa murid-muridnya telah terbius oleh tipu-dayanya, dia memerintah mereka kembali ke "surga dunia". Kemudian, murid yang ditanam kepalanya hingga lebehr itu, benar-benar dipenggal. Untuk menyempurnakan tipu muslihatnya, Hasan bin Sabah memajang kepala itu di tiang ritual hingga selalu bisa disaksikan seluruh penduduk lembah "surga dunia". Murid-murid pun terbius surga palsu.

Arkun Daraul dalam karyanya A History of Secret Societies, membagi kelompok rahasia pengikut Assassins menjadi tiga lapis: pertama, para misionaris (Dayes), kedua, para sahabat (Rafiq), ketiga, adalah murid-murid yang teruji kesetiannya, pecintanya (Muhibbin). Golongan terakhir adalah para eksekutor terlatih. Para muhibbin mencirikan diri dengan topi putih dan sepatu boot merah. Ketiga lapis kelompok Assassins, selain mahir menghujam belati di dada korbannya, mereka juga menguasai bermacam-macam bahasa. Ada kalanya mereka berdandan dan berperilaku seolah pendeta. Mereka juga berbaur dengan masyarakat dengan menjadi pedagang dan serdadu. Intinya, mereka siap menyamar apa saja sebagai kedok demi menjalankan misi dan meraih tujuan.


Kata sandi anggota Assassins adalah "dari surga". Setiap ada "surat perintah jalan" untuk misi, eksekutor Assassins akan mendapat pertanyaan, "Dari mana asalmu?" Sang eksekutor pun menjawab, "Dari surga". Setelah dipastikan, instruksi kembali dimandatkan, "Bunuhlah fulan/fulanah. Setelah berhasil, kau akan kembali menghuni surga. Jemputlah kematian! Karena para malaikat tak sabar mengangkatmu ke surga."

Pengaruh Assassins menyebar ke seantero jagad hingga pertengahan abad ke-13. Setelah Hasan bin Sabah terbunuh di tangan aaknya sendiri, Muhammad, kelompok Assassins mengalami kemunduran. Kemudian Muhammad juga dibunuh anaknya sendiri. Tahun 1256, markas besar Assassins, Benteng Alamut, jatuh ke tangan Penjajah Mongol yang menandai akhir riwayat Assassins.

Pada awal abad ke-16, pemerintahan Ottoman yang berkuasa, menghancurkan pertahanan akhir Assassins di Syria. Tamatlah riwayat kekuatan militer Assassins yang tak terkalahkan pada masana. Perubahan besar ini menjadikan dinasti pemimpin Nizariyah Ismailiyah memodernisasi organisasinya. Agha Khan adalah tokoh utamanya. Kemudian mereka menghilangkan citra Assassins atau "pembunuh". Organisasi yang berubah total itu mensyaratkan toleransi kepada sesama umat manusia sebagai lanskap kegiatannya.



Sumber : Bradley, Michael. The Secret Societies - 21 Organisasi Perusak Dunia

THE ILLUMINATI

Nama Illuminati agaknya sudah sering kita dengar di film-film fiksi barat. Kali ini saya akan mencoba bercerita tentang komplotan rahasia ini.

The Illuminati adalah organisasi rahasia paling kuat. Komplotan ini menggenggam kendali dunia. Ambisinya adalah membentuk serikat Eropa. Karena dengan cara ini, komplotan The Illuminati yakin bisa membentuk suatu pemerintahan dunia. Sekarang komplotan ini diduga keras sebagai organisasi rahasia yang menjadi alat keluarga Rothschilds, keluarga terkaya di dunia.

Pendiri The Illuminati adalah Dr. Adam Weishaupt. Dia lahir pada 6 Februari 1748. Weishaupt adalah anak seorang rabbi Yahudi. Setelah ayahnya meninggal, dia memeluk agama Katolik dan dididik ala Jesuits. Tapi akhirnya dia menjadi atheis dan membenci pemahanan Jesuits.



Weishaupt mendirikan The Illuminati untuk melawan konsep penindasan agama Kristen. Melalui komplotan ini, dia hancurkan gereja. Harapannya bisa mencipta satu pemerintahan dunia. Cara yang dia yakini adalah mengganti keyakinan Kristianitas dengan “agama akal” atau kembali menggunakan akal sehat. Dia juga meyakini bahwa untuk mengakhiri perang, kebodohan dan berjuang denim kekuasaan harus dengan menjalankan cara ini. Dia sadar agar seluruh rencananya terlaksana, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah memegang kendali kekuasaan. Akhirnya dia memang benar-benar berhasil.

The Illuminati menjadi koalisi rahasia antara liberalisme dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Sintesa ini diperoleh Weishaupt setelah mempelajari doktrin-doktrin anti-Kristen, astrologi, ilmu kedokteran dan ilmu metafisika. Weishaupt mengaku sebagai seorang Phytagorian. Dia menekankan bahwa pria dan wanita harus saling melebur jadi satu seluruh harta-benda yang dimilikinya. Kemudian pemahaman ini menjadi pondasi paham komunisme. Dia juga mempelajari Freemasonary yang pada gilirannya juga membentuk aliansi dengan komplotan ini. Pada 1 Mei 1776, di bawah komplotan rahasia The Illuminati (Karunia Cahaya). Nama “Illuminati” diambil dari ajaran Lucifer. Lucifer berarti pengemban cahaya.

Weishaupt menjalankan roda The Illuminati semula hanya beranggotakan lima orang. Struktur organisasinya meniru struktur Jesuits dan Freemasonary. Seperti dua komplotan itu, The Illuminati juga menggertak lawan-lawannya dengan mengirim surat kaleng dan menjebak orang dengan dalih pencerahaan, kebebasan, dan emansipasi, yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan mereka semata.



Semua anggota The Illuminati menggunakan nama klasik sebagai cirinya, seperti Spartacus, Cato, Lucian, Phytagoras, Marius, Diomedes, Ajar, Mohomed, dan Sylla. Markas besar The Illuminati ada di Munich, Jerman. Tahun 1777, seluruh anggota The Illuminati bersatu untuk mengamil alih kendali komplotan Freemasonary di Munich. Dalam waktu empat tahun, The Illuminati menghasilkan 60 orang kader yang dikenal sebagai “magnet”. Mereka bertugas merekatkan hubungan dengan para Masonic, sembari terus memelihara rahasia The Illuminati. Merekalah orang-orang yang telah memahami visi The Illuminati hingga mampu menarik orang-orang kaya, tokoh-tokoh wanita, para ilmuwan, para pemikir bebas, dan kaum liberal. Mereka menyebut semua anggota sebagai “Peraih Kebenderangan”. Tahun 1786, pengaruh The Illuminati menyebar ke seantero benua Eropa, Afrika, dan Amerika.

The Illuminati menemukan cara terbaik menghapuskan pengaruh agama. Mereka mencacah umat manusa, kemudian menaruh mereka ke toples ideologi-idelogi yang berlawanan. Para penjahat ini mengadu domba mereka hingga saling berperang. Cara ini merongrong kredibilitas pemerintah dalam suatu bangsa, hingga kemudian kekuasaan para agamawan melemah. Tahun 1781, bangsa Yahudi diperbolehkan bergabung, karenanya The Illuminati menjadikan Frankfurt sebagai markas besarnya. Di sanalah tempat tinggal para jutawan Yahudi terkemuka, termasuk Oppenheimers dan Rothschilds. Kelak, Rothschilds juga berkuasa seperti komplotan The Illuminati dan berhasil membangun keluarga terkaya di dunia.

Imperium keluarga Rothschilds dimulai pada tahun 1750-an oleh Mayer Amschel Rothschilds. Saat itu, Rothschilds berdagang koin-koin langka tapi kemudian beralih ke bidang perbankan. Tak lama setelah itu, Rothschilds diangkat sebagai wakil istana Pangeran William IX dari Hesse-Kassel, keponakan Raja Denmark sekaligus pialang para bankir besar di Frankfurt. Pangeran William mewarisi kekayaan ayahnya pada 1785 hingga menjadi orang terkaya di dunia. Rothschilds meraup untung besar selama terjadi pertempuran Waterloo, era itu mengindikasikan bahwa Napoleon akan menang. Kabar Napoleon yang nyaris memenangkan perang mendorong para pemilik saham perusahaan di Inggris berlomba-lomba menjual sahamnya.



Padahal saat itu, para orang dalam dari Bursa Saham Inggris memperkirakan Napoleon akan kalah. Saat harga saham-saham anjlok hingga titik yang sangat rendah, keluarga Rothschilds segera membelinya sebelum kabar kemenangan Wellington sampai ke Inggris. Kini keluarga Rothschilds benar-benar menguasai perekonomian Inggris dan mendirikan Bank of England di bawah kendali Nathan Rothschilds.

Keluarga Rothschilds berhasil mengendalikan perekonomian Perancis pada tahun 1818 dengan cara membeli sejumlah besar obligasi pemerintah Perancis dan membanjiri pasar Perancis dengan produk-produknya. Mereka juga mengendalikan suplai uang Jerman. Selanjutnya, sejak Revolusi Amerika mengarah kepada satu pemerintahan dunia, keluarga Rothschilds mendanai peperangan yang berlangsung. Misalnya, selama perang Napoleon, salah satu anggota keluarga Rothschilds mendanai pihak Napoleon, sedangkan keluarga Rothschilds yang lain mendanai Inggris. Sekarang keluarga Rothschilds diduga kuat berada di balik layar Federasi Eropa.

Kemudian, di universitas-universitas di seluruh penjuru dunia memromosikan agenda satu pemerintahan dunia. Seolah promosi ini tanpa rekayasa. Gordonstown, sekolah tempat Pangeran Phillip dan Pangeran Wales belajar, ditengarai sebagai sekolah proyek komplotan The Illuminati. Mungkin keluarga kerajaan Inggris tidak sadar, sebenarnya mereka mengabdi dan menjadi bahan bakar tungku “satu pemerintahan dunia” ala The Illuminati.

Benarkah mereka komplotan pendalang jahat yang ambisius menguasai dunia? Benarkah mereka para broker kekuasaan, sutradara pembunuhan JFK? Atau apakah mereka berada di balik rencana-rencana Federal Reserve (Bank Cadangan Federal), New World Order (Pemerintahan Dunia Baru)? Atau, benarkah mereka komplotan orang yang salah memahami kaum kaya Forbes? Tidak ada yang tahu kebenarannya. :)





Sumber : Bradley, Michael. Secret Societes - 21 Organisasi Perusak Dunia

CERITA DARI KERAJAAN ROKOK

Zaman dahulu kala ada sebuah negeri bernama CIGARILOS disekitar wilayah COMMODORE dekat dengan MARCOPOLO, hiduplah seorang raja bernama MINAK JINGGO. Raja ini hanya mempunyai seorang putri.

Di kala SURYA tenggelam, Putri diculik segerombolan Koboi MARLBORO. Mereka meminta tebusan sebesar US$ 555 (Five-Five-Five) ribu. Ditunggu di GUDANG GARAM negeri KANSAS. Jika permintaan tidak dipenuhi maka putri raja akan ditusuk dengan DJARUM SUPER sampai BENTOEL - BENTOEL.

Raja marah, lalu dipanggilnya Pendekar SAMPOERNA yang lemah lembut bernama DJI SAM SOE. Sebelum berangkat menyelamatkan Sang Putri, Pendekar pamit pada gurunya dan berkata "WISMILAK" dan Sang Guru menjawab "GET LUCKY", dengan penuh harapan Sang Raja pun berkata "LOSTA MASTA".

Dengan penuh semangat Sang Pendekar bertempur melawan Koboi-Koboi tersebut. Untuk melawan Koboi-Koboi itu, Sang Pendekar menggunakan senjata BH (BENSON & HEDGES) dipadu dengan tenaga MENTHOL CRYSTAL yang dimilikinya.

Akhirnya Sang Pendekar dapat mengalahkan Koboi-Koboi tersebut. Raja sangat gembira dan sebagai ucapan terima kasih Raja kepada Sang Pendekar maka diadakan pesta besar-besaran di Hotel LA LIGHT. Turut hadir Presiden KENNEDY.

Mengingat Sang Pendekar adalah seorang yang sangat lembut, Sang Raja memberinya gelar STAR MILD (Bintang Kelembutan). Namun pada saat makan malam Raja melihat Sang Pendekar selalu melamun dan murung, lalu Raja mendekatinya dan berkata "ini BUKAN BASA BASI loh, pesta ini aku adakan khusus untukmu, mengapa kamu kelihatan murung ?"

Sambil berlalu Sang Pendekar pun menjawab "PRIA PUNYA SELERA". Perkataan Sang Pendekar didengar oleh Sang Putri kemudian Sang Putri pun mendekati Sang Pendekar serta berkata "ARDATH" (Aku Rela Ditiduri Asalkan Tidak Hamil). Sang Pendekar tersenyum. Lalu Sang Putri kembali berkata "YANG PENTING RASANYA BUNG".

Waktu berlalu, singkat cerita akhirnya mereka menikah dan melahirkan seorang anak yang Garang dan Lantang, oleh karena itu diberi nama GALAN.

Tamat

Source : Unknown

Senin, 27 September 2010

HARGA SEBUAH KEJUJURAN

Aku sudah sampai di basement gedung itu. Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Tak ada seorang pun di sana. Hanya ada suara nafasku, gema langkahku, suara hewan pengerat yang sedang berkeliaran mencari makanan, dan beberapa mobil yang masih terparkir. Mungkin itu milik beberapa karyawan yang sedang lembur.

Lampu neon mengedipkan cahayanya sesekali kepadaku, seakan enggan memberikan penerangan. Cahaya remang membuatku setengah buta. Berkali-kali kakiku menginjak genangan air di lantai. Sampai akhirnya aku tiba di depan mobil itu. Sebuah kijang berwarna hitam dengan nomor polisi B 3471 KYT. Sebagian besar kacanya dicat oleh phylox berwarna hitam juga, membuat pandanganku terhalang menembus ke dalam mobil itu. Kecuali kaca depan, aku dapat melihat seorang pria menggunakan tutup kepala berwarna hitam membuat dirinya terlihat seperti ninja.

Sesuai perjanjian, aku harus melakukan panggilan setibanya aku di depan mobil itu. Jariku dengan sigap menekan tombol redial di ponselku. Tak lama nada sambung terhenti, pertanda panggilan sudah tersambung.

“Aku sudah sampai. Apa yang harus kulakukan?” Ujarku.

“Masuk ke dalam mobil.” Jawab seorang pria di seberang ponsel.

Pria seperti ninja turun dari bangku depan lalu membukakan pintu belakang. Dia menatapku. Sorot matanya memerintahkan aku untuk masuk ke dalam.

Hampir tak ada penerangan sama sekali di dalam mobil itu. Pria seperti ninja itu menutup pintu, lalu terdengar bunyi klik. “Ya, Aku sudah di dalam mobil.” Kataku.

“Bagus. Kami sudah menyiapkan welcome drink untukmu. Minumlah. Kau akan tertidur setelahnya. Driver akan membangunkanmu jika sudah sampai tujuan berikutnya. Kita sudahi pembicaraan ini.”

Pembicaraan pun terputus. Pandanganku yang kabur tertuju pada sebuah gelas yang tersimpan di nampan di atas kursi.

“Minum.” Kata pria seperti ninja itu.

Aku pun menurutinya, cairan di dalam gelas itu habis kutenggak. Mobil pun mulai melaju. Tak lama mataku terasa sangat lelah. Tubuhku pun lemas. Sampai akhirnya kesadaranku pun hilang


***
Siang hari beberapa jam sebelumnya..

“Selamat siang, Pak.” Sapa seorang wanita cantik dari balik mejanya.

“Siang, Andien. Panas banget ya hari ini? Gak kebayang kalo di neraka panasnya kayak gimana. Hehehe.” Jawabku sembari berjalan menuju ruanganku. Andien membalas dengan senyuman.

Siang itu memang sangat terik. Matahari begitu bersemangat kala itu. Air conditioner di ruang kerjaku tak berguna dibuatnya. Keringatku mengalir dengan deras menuruni wajahku. Beberapa kali aku harus membersihkan berkas-berkas pekerjaan yang kejatuhan keringatku.

“Andien, bisa tolong ke ruanganku sebentar?” Ujarku melalui telepon.

“Baik, Pak.” Jawab Andien. Beberapa saat kemudian Andien memasuki ruangan. “Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya.

“Ini, Ndien. Amplop dari Bapak Agung tolong kembalikan ya. Keras kepala juga orang itu.” Kataku sembari menyodorkan amplop tebal seukuran uang kertas.

Namaku Rudi Sudiro. Aku adalah seorang hakim yang dikenal dengan kejujuran dan ketegasan dalam menangani kasus apa pun. Saat ini, kasus yang sedang kutangani adalah kasus penggelapan uang senilai ratusan miliar di sebuah bank ternama. Sudah sekian ribu kasus yang kutangani secara adil. Dan, sudah sekian ribu juga uang sogokan yang kukembalikan. Prinsip utamaku dalam melayani orang lain adalah kejujuran. Oleh karena itu aku selalu menolak uang sogokan yang diberikan kepadaku. Namun, adakalanya beberapa di antara mereka yang keras kepala, berusaha untuk terus menyuapku.

“Baik, Pak. Biar saya kembalikan ke Bapak Agung. Ada yang lain, Pak?” Celetuk Andien.

“Oh, iya. Tolong sekalian panggilkan tukang reparasi AC ya. Sepertinya AC di ruangan saya rusak. Gak kerasa dingin sama sekali.” Pintaku.

“Iya, Pak Rudi. Kayaknya di semua ruangan lagi pada rusak deh AC-nya. Gak tahu gara-gara memang panas yang keterlaluan.” Keluh Andien. “Ya, sudah. Nanti saya panggilkan tukang reparasi AC terus saya kontak Bapak Agung. Ada lagi, Pak?” Lanjutnya.

“Nope. Itu saja. Terima kasih ya, Andien.” Ucapku sembari melemparkan senyum. Andien pun pamit keluar ruangan. Aku kembali membaca berkas-berkas di mejaku. Tiba-tiba mejaku bergetar. Ponselku berdering, sebuah nomor tak dikenal tertera di layar ponsel.

“Halo?” Ujarku. Hening. Tak ada jawaban. Hanya ada hembusan napas berat di seberang sana. Panggilan pun terputus. Aku kembali membaca berkas-berkas kasus di mejaku. Tak lama, ponselku kembali berdering. Nomor barusan kembali meneleponku.

“Ya? Halo? Ini siapa?” Tanyaku. Kali ini terdengar suara seorang pria. Agak aneh, sepertinya pria itu memakai alat pengubah suara.

“Bapak Rudi?” Katanya.

“Ya, betul. Ini siapa.” Ujarku.

“Kau tak perlu tahu siapa identitasku. Kami telah menyandera istri dan putrimu. Jika ingin nyawa mereka selamat, ikuti perintahku.” Kata pria itu. Terdengar suara erangan di belakangnya.

“Menyandera? Apa maksud Anda? Sebaiknya anda tidak bergurau, kawan.” Kataku. Lelaki itu diam, tidak menghiraukan perkataanku.

Suara erangan di belakangnya berubah menjadi suara wanita dan anak perempuan yang sedang meminta tolong. Suara yang kukenal.

“Paaa, tolong kami, Paaa.. Kami disandera oleh para penjahat, mereka membawa senapan. Tolong kami, Paaa..” Istriku berteriak. Aku dapat mendengar putriku menangis di sampingnya.

“A.. Andrea.. Ka.. Kamu baik-baik saja?” Ujarku.

Pria dengan alat pengubah suara kembali berbicara sebelum istriku sempat menjawab pertanyaanku.

“Kini Anda tahu betapa seriusnya kami, Pak Rudi. Sebaiknya Anda tidak bermain-main dengan kami. Kamilah yang bermain-main dengan Anda.” Nadanya menunjukkan ancaman dan keseriusan.

“Apa yang kau inginkan dariku?” Aku berusaha tetap tenang. Pria itu menjawab.

“Malam ini, tepat pukul sembilan, datanglah ke gedung apartemen yang terbakar bulan lalu. Sebuah mobil kijang hitam akan
menunggu Anda di basement gedung itu. Jika sudah sampai telepon kembali ke nomor ini.”

Aku diam mendengarkan, mencatat perkataannya di sebuah kertas.

“Kita sudahi pembicaraan ini. Ingat, jangan libatkan polisi atau siapa pun jika Anda ingin mereka selamat.” Lanjutnya. Panggilan pun terputus.

Aku bergegas keluar dari kantorku. Perasaanku campur aduk, geram dan terancam. Andien menyapaku tetapi tak kuhiraukan. Aku mencoba menelepon ke rumah tetapi tidak ada yang mengangkat. Aku menancap laju mobilku. Pikiranku tak karuan. Banyak lampu lalu lintas yang kulanggar, aku hanya ingin cepat sampai di rumah, untuk memastikan kebenaran.

Setibanya di rumah aku mendapati mobil istriku terparkir di halaman. Aku berlari ke dalam rumah, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam. Semua ruangan sudah kuperiksa, hasilnya tetap saja nihil. Sempat terbersit pikiran untuk menelepon pihak berwajib, tetapi aku tak mau mengambil resiko kehilangan nyawa istri dan putriku. Aku memutuskan untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, menantikan datangnya malam. Merasa kelelahan yang maksimal, mataku pun terpejam.


***

Aku terbangun di sebuah ruangan kecil berukuran 2x3 meter persegi. Dengan hanya bermodalkan bohlam lampu 5 watt untuk menerangi dan sedikit cahaya yang datang dari arah jeruji kecil di pintu. Sebuah ranjang, kursi dan pispot tergerai di lantai. Tanganku terikat, kepalaku pening, pandanganku masih kabur, dan tubuhku lemas. Sepertinya efek minuman di mobil barusan yang membuatku seperti ini. Tiba-tiba pintu terbuka. Terlihat sosok pria bertubuh besar memasuki ruangan.

“Bangun! Bos ingin bertemu denganmu.” Teriaknya sembari menendangi punggungku.

“Aku sudah bangun. Tak bisakah kau sedikit lebih sopan?” Kataku, berusaha terlihat tenang dan berani, hasilnya aku mendapat tendangan tambahan di bagian perut.

Aku mencoba bangkit, alhasil aku hanya bisa menyandarkan tubuhku di tembok, masih terlalu lemah untuk berdiri. Pandanganku tertuju pada pria bertubuh besar itu. Dia memakai penutup muka, membuat dirinya juga menjadi seperti ninja, sama seperti supir yang mengantarkanku ke sini. Agaknya semua telah direncanakan dengan matang. Entah ada berapa orang yang terlibat, tetapi pembagian tugas mereka sangat spesifik. Aku menyimpulkan pria ini adalah seorang algojo dari awaknya yang demikian besar

“Mana istri dan anakku?” Aku bertanya padanya.

“Mereka masih hidup. Dan akan terus seperti itu jika kau terus menuruti kami. Sekarang, bangun!” Jawabnya.

“Aku sudah bangun, tapi tubuhku terlalu lemah untuk berdiri.” Kataku.

“Cih. Ya sudahlah.” Ujarnya. Dia melangkah ke luar ruangan, tak lama, dia kembali bersama seorang pria. Tubuhnya yang ramping dibalut oleh setelan jas berwarna abu. Aku tak dapat mengenali wajah tampannya. Hidung mancung, matanya yang sipit memancarkan sinar ancaman padaku. Dia melangkah mendekatiku.

“So, this is mister Rudi. Hakim hebat dari Jakarta.” Ujarnya, sembari menyalakan cerutu di mulutnya. “Kau tahu kenapa kau ada di sini?” Lanjutnya.

Aku memalingkan wajahku, diam tak bersuara. Tangan besar sang algojo mendarat di wajahku. Pria berjas melambaikan tangannya, seakan memerintahkan si algojo menghentikan aksinya.

“Kau terlalu jujur, kawan. Itu bukan sesuatu yang baik di dunia yang kejam ini.” Katanya.

“Apa maksudmu?” Ujarku.

“Kau tahu betul apa maksudku. Kami sudah berkali-kali mengirimkan sejumlah uang padamu.”

“Ah, aku mengerti. Sepertinya kau suruhan Agung. Jadi semua ini terjadi karena kasus yang sedang kutangani. Aku tahu dia bersalah, jangan anggap kalian bisa meloloskan diri setelah apa yang kalian perbuat.” Kataku.

Kombinasi pukulan dan tendangan si algojo mendarat di wajah dan perutku. Kali ini pria berjas itu mendiamkan. Mulutku mulai mengeluarkan darah.

“Sebaiknya kau jaga mulutmu, kawan. Kau tahu resiko yang sedang kau hadapi bukan?” Ujar pria berjas itu. Dia menepuk bahu si algojo. Memerintahkannya untuk membuka pintu dengan lebar. Algojo itu mendekat ke arah pintu, lalu membukanya.

Di luar ruangan aku dapat melihat dua sosok orang yang kukenali baik. orang yang kusayangi. Terduduk lemas dan terikat di atas kursi. Seorang kawanannya yang lain menodongkan pistol di kepala mereka.

“Andrea! Indri!” Aku berteriak. Hasilnya nihil, mereka sepertinya tak sadarkan diri. Aku bangkit lalu mencoba berlari ke arah mereka. Tohokan si algojo kembali bersarang di perutku, aku jatuh tersungkur.

“Kau tahu apa yang akan terjadi pada mereka jika kau tidak menurut, kawan.” Ujar pria berjas.

Mereka lalu ke luar ruangan. Terdengar bunyi klik setelah pintu itu tertutup. Aku berdiri, menggedor pintu dan berusaha melihat dari balik jeruji kecilnya. Kudapati istri dan anakku masih di depan ruangan.

“Pikirkan ini baik-baik, kawan. Kariermu, atau mereka.” Kata pria berjas dari balik pintu. Sementara si algojo dan seorang kawannya berdiri di sisi istri dan anakku, menodongkan pistol di kepala mereka.


***
Suatu hari di sebuah rumah sakit jiwa..

Aku yang baru keluar dari kamar mandi ternyata ditinggalkan rombonganku. Untung saja mereka belum jauh. Aku melangkah menyusul rombonganku di luar gedung.

“Tolooong! Tolong selamatkan istri dan anakku!” Teriak seorang pria dari dalam sebuah kamar kepadaku.

Aku tersentak kaget. Aku diam memperhatikan dari depan pintu. Pria itu lalu kembali berteriak sambil menggedor pintu dan mengeluarkan tangannya dari jeruji kecil, berusaha menggapaiku. Aku yang merasa ketakutan langsung lari meninggalkannya.

“Suster, barusan ada yang berteriak dari dalam kamar, meminta istri dan anaknya diselamatkan.” Kataku pada seorang perawat yang sedang jaga di depan pintu gedung itu.

“Oh, itu. Pasien itu bernama Pak Rudi. Dia menderita Schizophrenia tipe Paranoid. Dia dulu seorang hakim. Beberapa tahun lalu dia menangani sebuah kasus sampai akhirnya kehilangan semuanya.” Suster menjelaskan kepadaku.

“Oh, begitu. Kasihan ya.” Kataku.

“Baiklah, anak-anak. Kunjungan kita hari ini sepertinya cukup sampai di sini. Sekarang kita kembali ke aula besar untuk mendiskusikan hasil kunjungan kita hari ini.” Seorang dosen pembimbing berteriak kepada rombongan.

“Oke, suster. Terima kasih. Saya harus kembali bersama rombongan. Permisi.”

Aku pun berlari meninggalkan suster dan gedung itu, kembali berbaur dengan rombongan mahasiswa.

EMPLOYEE ENGAGEMENT

Halo para pembaca sekalian. Di #30harimenulis hari ke-22 ini saya ingin sedikit berbagi informasi tentang skripsi yang sedang saya coba selesaikan. Sebelumnya saya akan sedikit bercerita mengenai diri saya. Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi semester akhir+ 2 (hitung sendiri aja ya. :P) di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Saat ini saya sedang mengontrak skripsi, yang membahas sebuah teori yang masih terbilang baru di ranah Psikologi Industri, yaitu EMPLOYEE ENGAGEMENT, yang untuk orang awam bisa diartikan menjadi Keterikatan karyawan terhadap pekerjaannya.

Okay, cukup segitu intro dari saya. Sekarang kita lanjutkan ke beberapa bagian dari Bab II penelitian saya, yaitu Teori Employee Engagement.

Shall we begin? :D

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Definisi Employee Engagement

Employee engagement pertama kali dikemukakan oleh kelompok peneliti Gallup (Endres & Smoak, 2008). Mereka mengklaim bahwa employee engagement dapat memrediksi peningkatan kinerja pada karyawan, profitabilitas, mempertahankan karyawan, kepuasan konsumen, serta keberhasilan untuk organisasi (Bates, 2004; Baumruk, 2004; Richman, 2006).

Ada beberapa definisi dari employee engagement itu sendiri. Dalam kamus Wikipedia, employee engagement dijelaskan sebagai sebuah konsep yang dinilai dapat mengatur upaya-upaya karyawan yang sifatnya sukarela, yaitu ketika karyawan memiliki pilihan-pilihan, mereka akan bertindak lebih jauh untuk kepentingan organisasi mereka. Karyawan yang engage adalah seorang yang terlibat penuh dalam pekerjaannya dan sangat antusias terhadap pekerjaannya (http://en.wikipedia.org/wiki/Employee_ engagement). Menurut Paradise (2008), employee engagement adalah hasil dari kondisi pekerjaan yang mendukung. Harter, Schmidt, dan Hayes (2002) mendefinisikan employee engagement sebagai bentuk keterlibatan individual dan kepuasannya serta sebagai bentuk antusiasme dalam melakukan pekerjaan. William Kahn (1990) menyatakan employee engagement adalah mengenai perhatian karyawan dan penyerapan mereka terhadap perannya. Wiley & Blackwell, di dalam buku mereka, menyatakan bahwa karyawan yang engage akan memiliki keinginan untuk terikat yang menimbulkan gairah akan pekerjaannya, terikat dengan pekerjaannya, bersedia untuk mengorbankan lebih banyak tenaga dan waktu demi pekerjaannya, dan menjadi lebih proaktif dalam mencapai tujuan pekerjaannya.

Kebanyakan karyawan akan merasa iri kepada mereka yang begitu larut ke dalam pekerjannya sampai-sampai waktu kerja pun tak terasa, yang terlihat bergairah ketika mengerjakan pekerjaannya, yang menemukan arti dan tantangan dalam pekerjaannya, dan yang terlihat tidak sabar untuk pergi ke kantor setiap hari untuk melanjutkan kembali pekerjaannya. Saat bersamaan, banyak orang juga merasa iri terhadap organisasi yang memiliki karyawan yang fokus, bergairah, inovatif, proaktif, dan melakukan hal yang benar di saat yang tepat.

Jack & Suzy mengatakan, “Utamakanlah employee engagement. Tidak ada perusahaan besar maupun kecil yang dapat bertahan lama tanpa karyawan yang bersemangat yang percaya akan misi perusahaan dan memahami bagaimana cara untuk mencapainya.” Atau apa yang dikemukakan oleh Tamara Erickson, “Meningkatkan engagement – adalah suatu cara untuk mendorong individu agar menanamkan lebih banyak energi psikis dalam pekerjaannya – adalah satu hal mudah yang paling kuat yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.”

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa employee engagement adalah penghayatan seorang karyawan terhadap tujuan dan pemusatan energi, yang muncul dalam bentuk inisiatif, adaptibilitas, usaha, dan kegigihan yang mengarah pada tujuan organisasi (Wiley & Blackwell - Employee Engagement : Tools for Analysis, Practice, and Competitive Advantage. Chapter 1 : page 7).


B. Prinsip-prinsip Dasar Employee Engagement

Dalam Employee engagement, seorang karyawan akan menampilkan kinerja yang sangat baik. Ada 4 prinsip utama yang menjadi syarat bagi seorang karyawan untuk menjadi engage, yaitu :

1. The Capacity to Engage
Untuk menciptakan karyawan yang engage dibutuhkan lingkungan kerja yang tidak hanya bisa meminta lebih, tetapi juga menyediakan lahan informasi, kesempatan belajar, dan mampu menciptakan keseimbangan kehidupan karyawannya, yaitu dengan menciptakan suatu basis untuk menampung energi dan inisiatif karyawan.

2. The Motivation to Engage
Engagement muncul ketika karyawan memiliki ketertarikan terhadap pekerjaan mereka dan sesuai dengan nilai pribadi mereka, dan karyawan diperlakukan dengan cara yang secara alami menimbulkan rasa ingin membalas dalam bentuk kebaikan.

3. The Freedom to Engage
Engagement terjadi ketika karyawan merasa aman untuk bertindak berdasarkan inisiatif mereka. Oleh karena itu, kepercayaan menjadi hal yang paling penting di bawah kondisi sulit, tidak pasti, dan kebutuhan untuk berubah – terutama ketika employee engagement itu dianggap penting.

4. The Focus of Strategic Engagement
Ketika perusahaan menyediakan kesempatan untuk berkembang, jenis pekerjaan yang sesuai, pengawasan yang adil dan bijaksana, upah yang sesuai, jaminan keamanan, dan seterusnya, engagement akan muncul dengan sendirinya karena rasa percaya akan prinsip timbal balik.


C. The Feel and The Look of Engagement

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, engagement adalah penghayatan seorang karyawan terhadap tujuan dan pemusatan energi, yang muncul dalam bentuk inisiatif, adaptibilitas, usaha, dan kegigihan yang mengarah kepada tujuan organisasi. Pada dasarnya, engagement itu dibagi menjadi dua jenis, yaitu perasaan untuk engage dan perilaku engagement itu sendiri. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut.

i. The Feel of Engagement
Ada 4 komponen penting dalam diri karyawan agar merasa engage. Kombinasi dari empat elemen di atas adalah yang membuat engagement menjadi baik berbeda dari konsep lain yang berkaitan dan secara simultan menjadi sumber energi dari pencapaian karyawan dan keuntungan persaingan bagi perusahaan. Berikut adalah keempat komponen itu.

a. Urgensi
Urgensi adalah suatu determinasi dan energi yang mengarah kepada satu tujuan. Engagement tidak bisa muncul hanya karena suatu energi biasa, tetapi energi yang sudah mengarah ke satu tujuan. Urgensi juga diartikan sebagai suatu dorongan yang memaksa munculnya suatu perilaku untuk mencapai tujuan.

Konsep dari urgensi menjadi inti dari bagian psikologi lain yang relevan dengan jenis perilaku yang muncul sesuai dengan pengertian dari engagement. Secara konseptual, urgensi memiliki kaitan dengan resiliensi, atau kapasitas untuk bangkit setelah mengalami kegagalan. Urgensi juga memiliki kaitan dengan kepercayaan diri, yang mencakup kepercayaan bahwa seseorang itu pasti bisa mencapai satu tujuan.

b. Fokus
Karyawan yang engage akan merasa fokus ketika bekerja. Di bawah kondisi yang normal, mereka akan merasa tepat sasaran dalam menjalankan pekerjaan dan tidak mudah terdistraksi oleh gangguan dari luar, seperti mengobrol dengan rekan kerja, berdiskusi mengenai tempat makan siang, cuaca yang buruk, dan sebagainya.

Agar terciptanya engagement, dibutuhkan perhatian yang harus dipertahankan dalam rentang waktu yang lebih lama. Hal ini setara dengan kemampuan untuk berkonsentrasi dan terlarut dalam pekerjaan, tetapi bukan berarti menjadi terisolasi terhadap pekerjaan lain yang bukan menjadi prioritas utama.

c. Intensitas
Intesitas di sini diartikan sebagai kedalaman dari konsentrasi. Hal ini diarahkan dalam bagian alami dari tuntutan pekerjaan dan tingkat kemampuan karyawan yang bersangkutan. Ketika tingkat kemampuan cocok dengan tuntutan pekerjaan, karyawan harus menggabungkan perhatian dan energi ke dalam pekerjaan tersebut agar dapat diselesaikan. Sebaliknya, ketika tingkat kemampuan karyawan jauh melebihi tuntutan pekerjaan, maka karyawan tersebut akan merasa bosan, sehingga perhatian dan energi mereka dapat pindah ke hal lain. Intensitas mengarahkan karyawan untuk membuka diri mendekati semua sumber energi yang tersedia.

Secara bersamaan, urgensi, fokus, dan intensitas mengesankan bahwa dalam mencapai suatu tujuan, karyawan yang engage membuka diri mereka ke dalam seluruh sumber yang meluas (kemampuan, pengetahuan, dan energi) dan mengaplikasikannya secara menyeluruh dan giat dalam jangka waktu yang lama.

d. Antusiasme
Antusiasme adalah kondisi psikologis yang secara simultan mencakup energi dan kebahagiaan. Hal ini merupakan kondisi emosi yang mengacu kepada perasaan positif, dan dikonotasikan sebagai positive well-being yang kuat. Ketika kita membayangkan tentang antusiasme karyawan, kita akan mendapatkan gambaran seorang karyawan yang terlibat secara aktif dalam pekerjaannya. Jika diselidiki, karyawan yang antusias dalam bekerja akan merasa lebih “hidup” dan bergairah dalam bekerja.

Antusiasme menjadi pusat dari perasaan engage di dalam pekerjaan. Gairah ini bukan merupakan suatu hasil dari energi dan fokus saja, melainkan suatu elemen dari keunikan engagement itu sendiri. Antusiasme menjadi alasan mengapa engagement dikategorikan sebagai suatu emosi. Komponen emosi yang positif itulah yang disebut dengan antusiasme.


ii. The Look of Engagement
Ada empat perilaku utama yang diperlihatkan oleh karyawan yang memiliki perasaan engage. Perilaku karyawan yang engage dapat terlihat berbeda dari apa yang diamati dan diharapkan. Perbedaan tersebut dapat dilihat tidak hanya secara individual saja tetapi secara keseluruhan dari lingkungan kerja. Berikut adalah keempat perilaku tersebut.

a. Persistence
Persistence diartikan sebagai suatu ketekunan. Bentuk perilaku mengenai ketekunan paling jelas yang dapat diperlihatkan oleh seorang karyawan adalah penyelesaian tugasnya. Contohnya adalah karyawan yang bekerja keras, dalam jangka waktu yang lama tanpa beristirahat, dan dalam jam kerja yang lebih banyak selama hari kerja. Contoh yang lebih spesifik adalah, ketika seorang agen asuransi memilih untuk melewatkan waktu makan siangnya untuk melayanai keluhan dari pelanggannya.

Ketekunan ini mengikuti faktor energi yang mengarah ke tujuan yang sebelumnya dijelaskan sebagai urgensi. Kita dapat mengharapkan perilaku tekun ketika karyawan merasa antusias dikarenakan mereka percaya bahwa mereka mampu memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan. Ketekunan juga akan muncul ketika karyawan secara intens fokus sehingga mereka memperoleh jalur alternatif untuk mencapai tujuan ketika menemui rintangan. Keuntungan dari ketekunan itu sendiri cukup jelas, mencakup kualitas kerja yang lebih tinggi, menghasilkan pelayanan yang lebih cepat dan tanggap, lebih sedikit kebutuhan/tuntutan karyawan, dan biaya yang lebih rendah.

b. Proactivity
Satu karakteristik penting dari karyawan yang engage adalah mereka menjadi proaktif, tidak hanya reaktif, atau bahkan lebih parah, pasif. Menjadi proaktif berarti mengambil tindakan ketika kebutuhan untuk bertindak muncul pada diri karyawan, seperti memperbaiki performa kerja suatu mesin yang mulai memperlihatkan penurunan, daripada hanya diam dan menunggu perintah dari atasan. Atau inisiatif untuk mengerjakan pekerjaan kelompok selagi anggota kelompok yang lain masih berleha-leha.

Hubungan antara merasa engage dan memperlihatkan perilaku proaktif sebenarnya cukup jelas. Pertama, karyawan yang memiliki perasaan urgensi dan tingkat konsentrasi yang tinggi terhadap pekerjaan mereka akan lebih proaktif. Karyawan yang engage akan mengambil inisiatif untuk menghindari atau mencegah suatu masalah. Kedua, karyawan yang engage akan lebih banyak menggunakan sumber energi emosi dan pikiran mereka dalam pekerjaan, sehingga mereka menjadi lebih mungkin untuk mengenali masalah yang potensial, dan kebutuhan atau kesempatan untuk bertindak. Terakhir, karyawan yang merasa antusias terhadap bagaimana performa kerja mereka memengaruhi keberhasilan dari perusahaan dan menginternalisasikan tujuan kelompok dan perusahaan akan lebih mungkin untuk mendeteksi rintangan yang muncul dalam pencapaian tujuan.

c. Role Expansion
Role expansion diartikan sebagai perluasan peran kerja. Karyawan yang engage cenderung akan memperlihatkan peran mereka secara lebih luas dan menyeluruh. Jenis perilaku seperti ini cukup sering terlihat dalam berbagai variasi, tetapi tidak semuanya perilaku itu memperlihatkan adanya loncatan ke dalam satu tipe pekerjaan lain di luar tanggung jawab karyawan yang bersangkutan dan secara lebih umum untuk membantu keberhasilan dari perusahaan.

Di sisi lain, role expansion juga mencakup pergantian peran kerja dalam jangka panjang atau bahkan menetap. Adakalanya seorang atasan mendelegasikan tanggung jawab dan pekerjaannya kepada bawahannya sehingga kompetensi karyawan menjadi lebih jelas terlihat, atau sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Karakteristik penting dalam role expansion adalah kesediaan untuk menerima suatu jenis pekerjaan yang berbeda dari suatu peran.

d. Adaptability
Seorang karyawan yang adaptif akan membantu perusahaannya mengantisipasi dan merespon terhadap perubahan dalam lingkup perasingan secara lebih cepat, lebih berhasil, dan dengan biaya yang lebih kecil. Karyawan yang adaptif akan mengembangkan keterampilan baru seiring dengan perubahan tuntutan, sehingga mengurangi kebutuhan untuk merekrut karyawan baru.

Suatu perubahan dalam skala besar umumnya membutuhkan pelatihan formal untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan. Karyawan yang adatif dapat menyesuaikan terhadap perubahan tersebut tanpa membutuhkan suatu pelatihan formal, sehingga menghemat waktu dan biaya. Karyawan yang adaptif juga membantu meminimalisir besarnya investasi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh manajemen untuk meningkatkan usaha, sehingga membuat perusahaan tetap dapat memimpin persaingan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Well, mungkin itu beberapa penjelasan mengenai teori Employee Engagement yang diambil dari Bab II penelitian saya.
Semoga menjadi bacaan yang bermanfaat.

Terima kasih atas perhatiannya. Dan saya akan lebih berterima kasih jika para pembaca sekalian turut mendoakan diselesaikannya penelitian saya. Hihi :P

Warmest Regards, @ByuSyem :)


Sumber : Wiley & Blackwell - Employee Engagement : Tools for Analysis, Practice, and Competitive Advantage.

Minggu, 26 September 2010

SURAT UNTUK BANDUNG

Bersih, layaknya hanya menjadi sebuah kata, tanpa makna

Jalan berlubang di seluruh penjuru kota

Banjir melanda merajalela

Pemerintah kota seakan tak punya mata



Hijau dan berbunga

Hanyalah menjadi sebuah legenda

Rimbun pepohonan kini telah sirna

Ketamakan manusia yang membuatnya tiada



Hari demi hari yang telah kau lewati kini menghantui

Hujan pun turun tanpa henti, setiap hari

Ke manakah dirimu yang dulu?

Yang menjadi tempat kami berteduh



Masa demi masa yang telah kau lalui kini beresonansi

Menjadi melodi yang menguak memori

200 tahun lamanya kau telah berdiri

Aku merindukan dirimu yang dulu di sini



Selamat ulang tahun wahai kota Bandung tercinta

Terima kasih telah membiarkan kami menjejakkan kaki di atasmu

Maaf jika kami telah melukaimu

Ini adalah suratku untukmu dari seorang anak Bandung asli

Jumat, 24 September 2010

BURUDUL KELEK!

Di setiap lingkungan pertemanan, pasti ada satu kata yang hanya dimengerti oleh anggota kelompok itu. Di kelompok saya, salah satu kata yang cukup terkenal adalah “Burudul Kelek”, “Burudul” itu artinya banyak dan terus menerus, dan “Kelek” itu artinya ketiak, tetapi di sini konteksnya lebih ke arah bulu ketiaknya. Jadi, “Burudul Kelek” itu mengacu pada sesuatu yang banyak dan ada terus seperti bulu ketiak. Oh, iya, kata ini cuma bisa digunakan oleh orang Sunda saja ya. :D

Misalkan, seorang kawan sedang memainkan melodi gitar Paul Gilbert yang terkenal dengan kecepatan jarinya, maka ketika dia bermain gitar kita semua akan berkata, “Ajih, burudul kelek euy melodi maneh” yang artinya sama saja dengan “Gila, hebat banget lo melodinya!”

Atau ketika mendatangi suatu pensi, lalu ada teman yang bertanya “Kumaha euy anu daratang? Loba teu? (Gimana yang datang? Banyak nggak?), kita biasanya akan menjawab dengan “Murudul kelek, Bray! Rea pisan!” (Murudul kelek, Bray! Banyak banget!)

Nah, sebenarnya kata itu diambil dari sebuah cerita. Jadi begini ceritanya..

Pada suatu hari di kota Bandung, hiduplah dua orang pemuda. Mereka adalah si Abdul dan si Alek. Mereka berdua adalah mahasiswa universitas negeri terkenal di kota itu, tinggal di sebuah rumah kontrakan yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.

Kecil memang, tetapi cukup untuk menjadi tempat mereka bernaung. Takdir telah mempertemukan mereka di rumah itu. Dua lelaki bujang tinggal berdua dalam satu atap tentulah tidak mudah, tetapi mereka hidup rukun. Sampai pada akhirnya pertengkaran kecil terjadi.

***

Hari itu mereka harus kuliah pagi. Alek kuliah jam 7 pagi, sedangkan Abdul kuliah jam 8 pagi. Semalam mereka habis begadang nonton bola sehingga telat bangun. Meski kuliah jam 8 pagi, Abdul bangun lebih cepat daripada Alek, waktu menunjukkan pukul 06:55. Perut mules membuat dirinya terpaksa bangun lebih cepat. Segeralah Abdul menuju kamar mandi untuk setoran.

Belum lama masuk ke kamar mandi, Alek bangun dari tidurnya. Dia tersentak melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum jam. Alek pun berlari menuju kamar mandi. Dia membiasakan diri harus mandi sebelum keluar rumah, tetapi sayang kamar mandi saat itu dikuasai oleh Abdul. Alek pun menggedor pintu kamar mandi.

“Dul, burukeun euy! Aing telat kuliah yeuh!” Teriak Alek.

“Hmm.. Kalem keudeung deui..” Kata Abdul datar.

“Atuh, Dul. Burukeun! Aing geus telat pisan yeuh!” Alek terus menggedor pintu kamar mandi.

“Enya, kalem, Lek. Keudeung deui rajana kaluar yeuh.” Abdul menjelaskan, meminta Alek untuk bersabar.

Alek geram, dia membabi buta menggedor pintu kamar mandi sambil berteriak, “BURU, DUL!!!”

Abdul masih menghayati pertempuran dengan perutnya cuma menjawab, “NGKE, LEK!”

“Buru, Dul!”

“Ngke, Lek!”

“Buru, Dul! Desak Alek.

“Ke, Lek!” Teriak Abdul dari dalam kamar mandi.

“Buru, Dul!”

“Ke, Lek!”

“Buru, Dul!

“BURUDUL KELEEEK!!!” Teriak Abdul dari dalam kamar mandi. “RAJANA KALUAR REA PISAN!!!” Lanjutnya. Beberapa saat kemudian Abdul pun keluar dari kamar mandi tak menghiraukan Alek. Sejak saat itu pertemanan mereka rusak.

Tamat

Rabu, 22 September 2010

TUBUHKU MEMBIRU

Aku merindukan momen itu

Ketika tangannya membelai halus rambutku

Bola matanya hangat menatap mataku

Menghantarkannya pergi ke alam mimpi



Aku merindukan saat itu

Saat tangannya enggan melepaskanku

Dekapan hangatnya yang menyelubungi tubuhku

Bahkan air liurnya yang membasahi tubuhku



Aku merindukan masa itu

Saat dirinya memperkenalkanku dengan teman-temannya

Aku selalu jadi yang pertama, kini aku dianggap tak ada

Waktulah yang jadi penjahatnya, pertambahan usia membuatnya menjadi berbeda



Teknologi telah menyingkirkanku dari hadapannya

Membawaku pergi ke dalam kotak gelap yang tak dapat ditembus cahaya

Tak ada lagi tangan yang mendekapku

Tak ada lagi hangat yang menyelimutiku



Andai aku mayat tubuhku sudah membiru

Akankah kau mengingatku lagi wahai pemilik?

Akankah kau kembali mendekapku dan membelaiku wahai pemilik?

Aku yang dulu menjadi teman setiamu, boneka kesayanganmu


PUISI KESEPIAN

Aku terduduk di tepian sunyi

Sendiri, tak ada yang menemani

Malam yang legam seakan melahap semua cahaya

Semilir angin malam menjadi satu-satunya nada



Awan hitam bergelung di angkasa

Mendatangkan kegetiran di tengah kesepian

Mataku tak kunjung terpejam

Meski nyala lampu telah padam



Aku pun menyalakan api

Sia-sia, tak dapat menerangi

Angin malam menghembuskan nyawanya pergi

Kapankah kau akan membawa terang yang kau janjikan? Aku di sini merasa sepi



Selasa, 21 September 2010

PECINTA AMATIRAN

“Eh, beb. Lihat, deh.” Alya menyodorkan ponselnya kepadaku

“Jiee, sombong banget deh yang hapenya baru. Hahaha.” Goda Risa.

“Ih, bukan itu. Lihat dulu makanya.” Alya memperlihatkan sebuah foto di ponsel barunya.

“Hah? Ka.. Kamu kok bisa-bisanya sih? Ini siapa? Pacar baru kamu?” Risa tersentak melihat foto sahabatnya dengan seorang pria tak dikenal.

“Iya, pacar baruku. Hihihi. Itu belum seberapa kali. Nih, sekarang lihat yang ini.”

“Astagfirullah! Alya! Kamu parah banget sih? Itu kan dosa! Ckckck.” Risa sedikit gusar melihat Alya yang sedang berpelukan dan berciuman mesra dengan pacar barunya.

“Nah, kan. Dasar kuno deh sobat gue yang satu ini. Udah biasa kali beb foto ciuman doang sih.” Bela Alya.

“I.. Iya, sih. Tapi kan..”

“Ah, dosennya udah dateng tuh. Yuk, kita masuk kelas.” Kata Alya memotong perkataan Risa. Mereka pun memulai perkuliahan.

Risa dan Alya adalah seorang sahabat karib. Sedari kecil rumah mereka berdekatan. Alya terlahir di keluarga golongan atas yang terpandang. Ayahnya yang bekerja sebagai direktur di perusahaan swasta ternama membuat keluarga mereka berlimpah harta. Ibunya hobi liburan ke luar negeri. Kakak-kakaknya pun bisa dibilang sangat gaul di kota mereka, hampir semua orang tahu siapa mereka. Dan, sepertinya tak ada yang tak bisa mereka beli. Mulai dari koleksi mobil mewah sampai sepeda kuno mereka miliki.

Sedangkan Risa berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya adalah seorang guru di sekolah negeri. Penghasilannya pas-pasan untuk menghidupi keluarganya. Kakaknya bekerja di luar kota. Alhasil, ibunya harus membuka warung untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Meski demikian, Risa dan Alya berteman baik. sepertinya perbedaan materi bukanlah suatu masalah.

Risa yang terlahir di keluarga yang sederhana tumbuh menjadi seorang muslimah yang sholeh. Shalat 5 waktu tak pernah dia tinggalkan. Setiap malam Al-Qur’an pun menjadi bacaan wajibnya. Di era yang serba instant seperti sekarang ini mungkin Risa bisa dibilang sedikit kuno. Sedangkan Alya lebih moderen daripada Risa.

“Beb, lo cari cowok gih. Kadang gue suka kasihan ngeliat lo. Masak sih pegangan tangan sama cowok aja belum pernah?” Bisik Alya. Kuliah saat itu terasa menjemukan. Salah satu mata kuliah yang kurang disukai mereka berdua, Filsafat Manusia. Alya membuka percakapan di kelas membosankan itu.

Risa, sampai saat ini memang belum pernah pacaran. Jangankan untuk bercumbu, pegangan tangan saja dia geli membayangkannya. Bukan karena tidak ada lelaki yang mendekatinya, tetapi memang karena prinsipnya yang kuno. Sedangkan Alya sering berganti pacar. Alasannya adalah selagi masih muda kenapa harus terikat dengan satu orang saja. Mungkin karena itulah Risa shock melihat foto Alya dengan kekasihnya barunya.

“Ah, nggak ah, Al. Aku masih belum mau pacaran. Aku pengennya nanti sekali pacaran langsung nikah.” Kata Risa.

“Yaelaaah.. Gue serius, Sa. Minimal lo harus nyoba pacaran dulu deh selagi muda. Kalo lo mau nanti gue kenalin temen gue. Namanya Andre. Tampang dan bodinya oke punya. Nih, fotonya kalo mau lihat.” Alya menyodorkan ponselnya. “Dia sempet deketin gue tapi gue tolak. Soalnya dia agak sok suci gitu.” Lanjutnya.

“Sok suci gimana emang, Al?” Tanya Risa sambil memperhatikan sosok lelaki di ponsel Alya.

“Hahaha. Tumben lo nanya balik? Biasanya gak pernah dianggep kalo gue nanya beginian.” Alya tertawa kecil. Risa cuma tersenyum.

“Yah, Islamnya bagus, sih. Solatnya juga lumayan rajin. Keluarganya juga berada. Bokapnya kalo gak salah ustadz gitu deh. Nah, gue suka kesel aja sama dia. Sok-sokan ngingetin gue solat. Tiap subuh nelfonin mulu ngebangunin gue solat subuh.” Lanjut Alya.

“Hmm, gitu. Bagus dong kalo ngingetin solat?” Nada bicara Risa seperti tertarik pada pria ini.

“Hihi. Dia nanya lagi. Kayaknya ada yang tertarik nih?” Alya menggoda. “Bagus, sih. Tapi kadang suka kesel aja, Ris. Lo tau sendiri gue paling susah bangun buat solat subuh.” Lanjutnya.

“Hei kalian berdua yang di pojok! Dari tadi saya perhatikan kalian berdua ngobrol terus! Sekali lagi kalian ngobrol, silakan keluar dari kelas saya!” Teriakan dosen memecah kesunyian di kelas. Mahasiswa lain tersentak kaget. Ada pula yang terbangun dari tidurnya, sampai air liurnya membasahi meja.

“I.. Iya, Pak. Maaf.” Kata Risa dan Alya kompak. “Ini nih alasan gue gak suka kelas filsafat. Udah mah dosennya galak, ngebosenin pula. Dasar dosen botak!” Bisik Alya. Badan Risa terguncang menahan tawa.

“Eh, Sa, nanti pokoknya gue kenalin sama Andre. Gue kasih nomor hape lo ke dia ya? Biar dia bisa langsung ngehubungin lo. Oke? Sekarang kita kuliah yang bener dulu deh. Daripada didamprat lagi.” Lanjut Alya. Risa mengangguk perlahan tanda setuju.

Malam harinya Risa mendapati nomor asing menelepon ponselnya. Dugaannya benar. Andre mengajak berkenalan. Sedikit aneh sih memang berkenalan lewat telepon. Tapi akhirnya perkenalan itu berjalan lancar. Andre ternyata orangnya baik. Risa menemukan kecocokkan di antara mereka. Mulai dari makanan kesukaan, hobi, sampai pengetahuan mengenai agama pun terasa cocok.

Semakin hari Andre semakin rajin menghubungin Risa. SMS, telepon, terkadang Risa sengaja pergi ke warnet untuk mengobrol via webcam. Wall facebook dan timeline di twitter pun banyak dihiasi oleh nama Andre. Risa mulai jatuh hati pada Andre meskipun mereka belum pernah bertemu.


***
Sebulan kemudian..

“Halo, Al. Aku main ke rumah kamu ya. Ada cerita nih. Hehehe.” Risa menelepon Alya sore itu. Nadanya seperti yang senang tapi bingung. Hari itu kuliah diliburkan. Katanya sih dosen filsafat mereka jatuh sakit.

“Aih, ada cerita seru apa, Sa? Yaudah, cepetan ke rumah! Kebeneran gue lagi gak ada kerjaan nih gara-gara libur. Nanti langsung masuk aja ya, bilang aja sama Pak Didi mau ketemu gue.” Teriak Alya di telepon.

Risa menutup teleponnya, lalu pergi ke rumah Alya. Dia mengalami sedikit kesulitan masuk ke rumah Alya. Maklum, Pak Didi belum lama bekerja sebagai satpam di rumah itu. Akhirnya Risa diperbolehkan masuk setelah diinterogasi beberapa menit.

“Ampun deh satpam baru kamu tuh, Al. Bawel banget sama orang baru. Kamu juga bukannya ngasih tau dulu aku mau main ke sini. Dasar.” Gerutu Risa sesampainya di kamar Alya.

“Hehehe. Sengaja, beb. Abisnya lo sombong gila. Jarang banget main ke rumah gue. Di kampus juga jarang ketemu. Tiap beres kelas lo langsung ngilang.” Celetuk Alya.

“Hehehe. Sori, deh. Beberapa hari ini aku sering main ke warnet soalnya.”

“Warnet? Tumben amat. Pasti gara-gara Andre ya! Ayo cerita! Hahaha.”

“Iya, Al. Hehehe. Itu yang mau aku ceritain sama kamu. Andre ngajakin aku ketemuan.” Kata Risa.

“Ahahaha. Bener dugaan gue. Ayo cepet cerita!” Desak Alya tak sabar.

Risa mulai bercerita dari awal Andre meneleponnya sampai saat ini. Bagaimana Andre membangunkannya setiap pagi. Mengingatkannya agar tak lupa makan. Mengirim SMS yang mengingatkannya supaya tidak lupa shalat. Bagaimana Andre bercerita tentang kehidupannya. Sampai akhirnya Andre mengajak ketemuan. Tetapi Risa merasa takut dan malu untuk bertemu. Dia benar-benar suka Andre.

Alya diam mendengarkan Risa. Dia bahagia akhirnya sahabatnya merasakan jatuh cinta. Alya yang lebih berpengalaman memberikan saran kepada Risa yang masih cupu dalam hal percintaan. Dia berhasil meyakinkan Risa memenuhi ajakan Andre.


***
Keesokan harinya..

Risa dan Andre akhirnya bertemu. Andre menjemput Risa ke kampusnya sepulang kuliah. Mereka pun memutuskan untuk makan siang bersama. Dilanjutkan dengan pergi ke bioskop menonton film yang saat itu sedang trending kala itu. Mereka berdua memang sering membicarakan film kalau sedang mengobrol.

Kemudian Andre mengantarkan Risa pulang ke rumahnya. Setelah berkenalan dengan orang tua Risa, mereka melanjutkan obrolan di teras depan rumah Risa. Jika diperhatikan, peri cinta terlihat sedang menghujamkan panah cinta ke arah mereka berdua. Dua insan muda yang sedang jatuh cinta. Malam itu ditutup dengan pernyataan cinta Andre ke Risa. Risa tak sanggup menolak. Dia benar-benar jatuh cinta. Sejak saat itu pun mereka pacaran.


***
Satu setengah tahun kemudian..

Alya benar-benar kehilangan Risa. Sejak pertemuannya dengan Andre, Risa semakin jarang menghubunginya. Bahkan di kampus pun Risa jarang kelihatan sejak beberapa bulan terakhir. Ditelepon ke ponsel dan telepon rumah pun Risa menghindar, tak mau menerima panggilan. Risa juga jarang kelihatan di depan rumah. Padahal biasanya dia rajin menyirami tanaman dan bunga di pekarangannya. Mobil Andre pun beberapa bulan terakhir ini menghilang, padahal biasanya selalu terparkir di depan rumah Risa. Sampai akhirnya Alya mendapati sebuah stasiun menayangkan sebuah running text yang membuatnya shock.

“Video mesum seorang mahasiswi Parasantha bersama seorang anak ustadz beredar di internet..”

Keesokan harinya kampus heboh membicarakan berita tersebut. Dosen, petugas tata usaha, mahasiswa lama, mahasiswa baru, sampai petugas kebersihan pun membicarakan berita itu. Belum jelas memang siapa pelaku video mesum itu, tetapi Alya menduga itu adalah Risa. Sore harinya Alya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Risa.

“Permisi, Tante Ida. Risanya ada?” Tanya Alya kepada seorang wanita yang membukakan pintu, ibunya Risa. Mukanya terlihat kusut. Seperti orang yang sedang menanggung beban berat.

“Maaf ya, Neng Alya. Risa gak mau diganggu sama siapa pun katanya.” Kata Tante Ida sembari mencoba menutup pintu rumahnya.

“Sebentar, Tante.” Alya menahan pintu agar tetap terbuka. “Saya pengen banget ketemu Risa. Saya mohon ya, tante. Ini masalah hidup dan mati.” Alya berbohong. Dia berpikir itu satu-satunya cara agar dia dapat masuk ke dalam rumah itu.

Terdiam, seakan tahu apa yang terjadi, akhirnya tante Ida berbicara. “Ya, sudah. Silakan masuk, Neng. Risa ada di kamarnya. Coba ketuk pintunya, siapa tahu dia buka. Sudah beberapa hari ini dia gak mau makan.” Kata Tante Ida parau, seperti sedang menahan tangis.

“Terima kasih, Tante.” Ucap Alya sembari melangkah masuk. Kakinya membawanya ke depan kamar Risa.

“Saaa.. Risaaa.. Ini gue Alya.. Bukain pintunya dooong.. Gue mau masuk nih..” Kata Alya sambil mengetuk pintu kamar Risa. Hening. Tak ada jawaban apa pun di dalamnya.

“Saaa.. Ini gue, Saaa.. Ayo dong bukain pintunya.. Gue kangen banget sama lo, Saaa..” Alya mencoba mengetuk lagi, kali ini lebih keras, dia menggunakan kepalan tangannya, lebih tepat dikatakan menggedor daripada mengetuk. Tante Ida memperhatikan. Alya sekilas melihat air mata mengalir di wajah ibu sahabatnya itu.

“RISAAA!!! BUKAIN PINTUNYA ATAU GUE MASUK DENGAN PAKSA!!!” Teriakan Alya membahana. Memecah keheningan di rumah itu. Terdengar isak tangis seorang wanita di dalam kamar itu. Begitu pula di belakang Alya, Tante Ida tak kuat menahan emosinya. Alya tak menghiraukan.

“Saaa.. Please, gue mohon, gue tahu lo ada di dalam, bukain pintu ini, gue harus ketemu lo, Saaa..” Alya mulai terdengar putus asa. Dia terdiam. Tak tahu harus bagaimana. Beberapa saat kemudian, derap langkah terdengar dari dalam kamar. Risa membuka pintu kamarnya.

Sedikit kaget melihat Risa yang biasanya berpenampilan rapi kini kusut tak karuan. Pipinya menjadi cekung. Terlihat warna hitam di bawah matanya. Mengenakan jaket tebal sambil menyilangkan tangannya.

“Risaaa!?! Kamu kenapa, sih?” Tanya Alya kepada sahabatnya.

Risa terdiam. Dia lalu melemparkan tubuhnya ke arah Alya. Memeluknya dengan sangat erat. Air mata membasahi tubuh Alya. Dia semakin curiga bahwa pelaku video mesum di berita itu adalah sahabatnya sendiri. Tetapi dia berusaha menepis pikiran itu.

“Kamu.. Kenapa, Sa? Alya berkata sehalus mungkin.

Risa mendorong tubuh Alya. Dia membuka jaketnya. Memamerkan perutnya yang menggembung di badannya yang kurus. Entah disimpan di mana sebelumnya, Risa tiba-tiba menggenggam sebilah pisau dan mengacungkannya ke arah Alya.

“Ke.. Kenapa!? KAMU TANYA KENAPA!? INI SEMUA GARA-GARA KAMU!? Risa berteriak. Suaranya bergetar. Masih mengacungkan pisau ke arah Alya. Alya dan Tante Ida terkejut. Lalu mereka mencoba mendekatinya.

“DIAM! JANGAN ADA YANG BERGERAK! IBU JUGA, DIAM!” Suara Risa meledak-meledak. Alya dan Tante Ida terdiam menuruti perkataannya.

Alya mencoba berbicara. “Ini karena Andre? Sorry banget, Sa. Gue gak tahu kalo ujungnya bakal kayak gini.” Alya mencuri melangkah mendekati Risa perlahan.

“Ah! Kubilang diam! Jangan sebut nama itu di depanku! Aku benci dia! Karena kamu, Alya! Dan karena lelaki bajingan itu! Aku malu, Al, Bu. AKU MALU!!! Lebih baik aku mati saja. YA! MATI BERSAMA BAYI HARAM INI!”

Tiba-tiba darah segar menyembur dari tangan, perut, dan leher Risa. Dia mengiris urat nadinya, menancapkan pisau itu ke perutnya, lalu menghabisi nyawanya dengan menyayat lehernya.

“RISAAA…!!!” Alya dan Tante Ida berteriak bersamaan lalu menghampiri tubuh Risa yang tergeletak.

Mereka sama sekali tak sempat mencegah Risa. Semuanya terjadi begitu cepat. Mereka berdua memeluk Risa. Darah segar terus mengalir dari tiga luka yang menganga lebar. Tubuhnya kejang-kejang kesakitan. Beberapa detik kemudian, Risa menghembuskan napas terakhirnya. Dia telah tiada.


***
6 bulan sebelumnya..

Hari itu Risa dan Andre pulang kencan. Orang tua Risa sedang ke luar kota, kabarnya kakaknya jatuh sakit. Rumah Risa kosong, hanya ada mereka berdua di ruang keluarga. Sedang menonton sebuah tayangan televisi.

“Ris, can i kiss you?” Andre tiba-tiba bertanya.

“Hah? Ciuman? Jangan dulu ya, Dre. Kita kan belum lama pacaran. Lagian kita berdua tahu kalo itu tuh dosa.” Jawab Risa tenang. Di balik ketenangannya ternyata Risa merasa sangat penasaran seperti apakah rasanya ciuman itu.

“Ayolaaah.. Hari ini kan kita genap setahun pacaran.. Can i get a simple kiss from you?” Bujuk Andre.

Risa terdiam. Dia bingung. Terjadi pergelutan antara rasa penasaran yang menghantuinya dan norma yang mengikatnya.

“Jadi? Boleh yah? Andre masih berusaha membujuk.

“Euh.. Ya udah.. Tapi sekali aja ya ciumannya..” Risa mengiyakan.

Andre mendekatkan wajahnya. Tangannya membelai rambut Risa. Bola mata mereka saling bertatapan, memancarkan cinta. Spontan Risa menutup matanya. Hembusan napas Andre menyentuh halus kulitnya. Tubuhnya lemas. Kedua bibir anak muda itu kini bersentuhan. Aliran darah Risa menjadi lebih cepat seribu kali lipat menuju otaknya, membuatnya seakan melayang. Andre memeluk Risa, dekapannya terasa begitu kuat. Terdengar dua detak jantung yang berbalapan. Ini ciuman pertamanya. Ternyata begitu nikmat.

Entah bagaimana tangan Andre bisa menyentuh paha Risa, mencoba menyentuh bagian vitalnya. Hati Risa berusaha memberontak, tetapi tubuhnya tak melawan. Semuanya terasa begitu menyenangkan. Satu per satu kain yang menutupi tubuh mereka berdua berserakan di atas lantai. Andre meminta ijin untuk mengabadikan momen ini, Risa mengangguk pelan. Dikuasai oleh birahi, mereka berdua lupa diri. Mereka pun akhirnya bercinta. Bersenggama.


Quote :
"Ketika birahi yang juara, etika menguap entah ke mana.." ~ Efek Rumah Kaca

Senin, 20 September 2010

FALSAFAH KENTUT (Reposted)

Di bawah ini adalah tipe kepribadian seseorang berdasarkan cara mereka buang angin (kentut) :

1. Orang MUNAFIK
orang yang kentut tapi menyalahkan orang lain.

2. Orang GOBLOK
orang yang menahan kentut sampai berjam-jam.

3. Orang BIJAK
orang yang tahu kapan harus kentut.

4. Orang yang SENGSARA
orang yang sangat ingin kentut tapi tidak bisa kentut.

5. Orang yang MISTERIUS
kalo kentut tidak ada yang tahu.

6. Orang yang GUGUPAN
tiba-tiba menyetop kentut saat sedang enak-enaknya kentut.

7. Orang yang PERCAYA DIRI
orang yang mengira bahwa kentutnya bau wangi.

8. Orang SADIS
menahan kentut dengan tangannya lalu tangannya di usapkan ke hidung temannya.

9. Orang PEMALU
kalo kentut tidak bunyi tapi wajahnya tiba-tiba merah padam.

10. Orang STRATEGIS
menyembunyikan suara kentutnya dengan tertawa terbahak-bahak.

11. Orang BODOH
habis kentut lalu mengambil nafas dalam-dalam untuk mengganti 'udara'
yang barusan keluar.

12. Orang PELIT
kalo kentut ditidak dikeluarkan semua, keluarnya sedikit demi sedikit.

13.Orang SOMBONG
senang mencium bau kentutnya sendiri.

14. Orang RAMAH
senang mencium bau kentut orang lain.

15. Orang yang BAIK HATI
kalo mau kentut sembunyi dulu.

16. Orang 'AKUATIK'
senangnya kentut di dalam air sampai bunyi blukutuk-blukutuk.

17. Orang ATLETIS
kalo kentut sangat bersemangat sampai kontraksi (ngeden).

18. Orang JUJUR
mau mengaku bahwa dia telah kentut.

19.Orang PINTAR
bisa membedakan orang dari bau kentutnya.

20.Orang paling SIAL sedunia
kalo kentut biasanya keterusan ampasnya alias kicipirit.

21. Orang RAJIN
sering mencium bau kentut dimana pun dia berada.


Naaahh, termasuk jenis orang yang manakah anda? :P

Source : Facebook's notes (http://www.facebook.com/note.php?note_id=108829718061)

7 PENYAKIT WANITA (Reposted)

Berdasarkan sebuah survey, ini adalah beberapa penyakit yang sering dan biasanya dialami oleh wanita..

1. Nangisuitis
Akibat terlalu sensitif. Gejalanya bibir cemberut, mata kedip-kedip. Efek sampingnya mata bengkak, saputangan banjir, hidung meler, bawaannya ngurung diri atau terkena penyakit Curhatitis A. Penyakit ini bisa diobati dengan obat Tegaridol, OBH (Obat Berhati Hamba).

2. Curhatitis
Bawaannya pengen nyerocos, Efek samping rahasia orang bisa bocor, terkena Nangisuitis, Penyakit ini bisa diarahkan positif jika ia bercuhatitisnya ke orang yang tepat, apalagi sama Tuhan.

3. Shopping Syndrome
Gejalanya pengen jalan mulu, mata melotot, Efek sampingnya lidah ngiler, mulut nganga, dompet jadi tipis. Jika sudah masuk stadium 4 (parah banget) dompet cowoknya ikut tipis. Coba minum hematcold atau tablet PD (Pengendalian Diri).

4. Cerewetisme
Lebih parah dari Curhatitis B, tidak mengandung titik koma. Efek samping muncrat, telinga tetangga budek, dada cowoknya bisa jadi lebih halus karena sering mengelus. Lebih cepat makan pil dengar dan minum tablet bicara lebih diperlambat.

5. Lamanian Dandanitos
Pengennya diem depan cermin. Tangan kiri gatel-gatel pengen pegang sisir, tangan kanan kram-kram pengen teplok-teplok pipi pake bedak. Efek samping: menor, telat, cowoknya berkarat, gak kebagian makanan. Minum segera Sari Bawak (Bagi Waktu) dan Taperi (tambah percaya diri). Buat cowok minum Toleransikipil 230 sendok sehari sesudah dan sebelum mandi.

6. Cemburubotomy
Gejala muka lonjong, tangan mengepal, alis menukik. Coba cegah dengan obat sirup prasangka baik tiga sendok sehari, Pil pengertian dan tablet selidiki dahulu.

7. Ngambekilation
Gejala hampir sama dengan Cemburubotomy. Minum Sabaron dan Bersyukurinis.


p.s : no offenses ladies, just for fun! :P

Source : Facebook's notes (http://www.facebook.com/note.php?note_id=107067553061)

Minggu, 19 September 2010

LANTAI 13

“Laras.. Kamu yakin dengan ini?”

“Lho? Kok kamu nanya kayak gitu, Ron? Kalau aku gak yakin buat apa aku minta kamu datang ke kamarku.” Laras berusaha meyakinkan.

“Euh, tapi.. Kita belum lama kenal. Lagipula biar bagaimana pun kamu itu masih tamu aku, Ras. Kamu yakin dengan ini?” Roni kembali bertanya.

“Ya, aku yakin. Sudah jangan banyak tanya. Cepat buka celanamu.”

Roni tak dapat berpikir jernih. Semua ini serba mendadak dan begitu membingungkan. Terdiam.

Memorinya mundur ke enam hari yang lalu.

***
25 Oktober 2010

Sore itu begitu hectic. Polusi suara dari kemacetan di daerah Salemba menembus dinding kaca pintu lobby Hotel Amalia. Tamu-tamu yang berdatangan pun tak kunjung henti. Mulai dari keluarga yang membawa bayi dan anak-anak kecil yang berisik, sampai tamu penting yang selalu disambut dan dilayani oleh para butler. Seorang karyawan yang bekerja di front office terlihat kesulitan bernapas melayani para tamu.

“Haaahhh.. Akhirnya aku bisa bernapas! Banyak banget sih tamu hari ini? Gak biasanya weekday sepenuh ini.” Teriak Roni kepada dirinya sendiri.

Roni memang belum lama bekerja di Hotel Amalia. Tak sampai sebulan sejak kelulusannya di sebuah sekolah pariwisata ternama di Bandung, dia langsung diterima bekerja di hotel itu. Oleh karena itu Roni seringkali berbicara sendiri, belum punya banyak teman. Peringainya pun sedikit aneh. Dia senang melakukan apa pun yang menurutnya menyenangkan, meskipun itu melanggar aturan. Kelebihannya adalah badannya yang atletis dan wajahnya yang tampan.

“Wuidih. Siapa tuh?” Roni kembali bermonolog. Matanya tertuju pada seorang wanita cantik di depan pintu lobby hotel.

Gaun merah ngejreng membalut tubuh molek wanita itu. Sepatu hak membuat dirinya menjadi tinggi semampai. Di bagian kepala dihiasi oleh topi anyaman dan sebuah kacamata hitam. Agak sedikit aneh memang untuk digunakan dalam cuaca panas saat itu. Tangannya membawa sebuah koper kecil yang diseret. Cara berjalannya yang bagaikan model menandakan bahwa dia adalah seorang wanita sangat berkelas. Dia berjalan menghampiri Roni.

“Selamat sore, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Sapa Roni ramah.

“Saya mau ambil kunci kamar.” Jawab wanita itu dingin.

“Kamarnya nomor berapa ya, Bu? Atau saya panggil Mbak? Kelihatannya masih sangat muda.” Tanya Roni sambil berusaha menggoda wanita itu.

“Kamar 13266.” Jawab wanita itu datar.

“13266? Gak salah, Bu? Eh, Mbak? Seingat saya tidak ada nomor kamar itu di hotel kami.” Kata Roni sembari mencari kunci kamar baik yang ada di laci maupun yang tergantung di dinding.

“Itu. Tergantung di dinding paling atas.” Nada dingin kembali dilontarkan wanita itu. Jarinya yang menunjuk sebuah kunci yang menggantung menggambarkan keangkuhannya.

“Oh, iya. Biar saya ambilkan dulu ya, Bu. Eh, Mbak.” Roni masih berusaha menggodanya. Wanita itu diam saja.

“Silakan ini kuncinya. Sebentar saya panggilkan dulu bellboy untuk membawakan barang bawaan Ibu ke kamar.” Roni berhenti menggodanya setelah mengetahui bahwa usahanya itu sia-sia.

Wanita itu mendekatkan wajahnya ke dada Roni. Roni merasa di balik kacamatanya tatapannya tertuju pada pin nama yang menempel di dada Roni. Lalu dia berkata, “Roni, ya? Saya ingin kamu yang membawakan koper saya. Sekarang. Saya tunggu di depan lift.” Kata wanita itu.

“Eh, tapi, Bu..” Roni mencoba berkelit. Namun wanita itu keburu membalikkan badannya dan berjalan ke arah lift. Terpaksa Roni mengikutinya. Sekarang mereka berada di dalam lift yang sama. Cuma ada mereka berdua di dalam lift tersebut. Lift pun mulai bekerja melawan hukum gravitasi bumi, membawa mereka ke lantai tujuan.

“Sendirian saja, Bu?” Roni berusaha mencairkan suasana.

“Sudah. Jangan panggil saya Mbak-Bu, Mbak-Bu. Saya terdengar seperti pembantu. Panggil saja Laras.” Wanita itu menjawab dengan ramah. Roni menjadi bingung sendiri mendengar nada ramah yang keluar dari mulut wanita itu.

“I.. Iya, Mbak Laras.” Jawab Roni dengan gugup.

“Laras saja, Ron.” Akhirnya mereka sampai di lantai tujuan. Indikator lift menunjukkan angka 13. Begitu pintu lift terbuka, terlihat cahaya yang masuk melalui jendela di sebelah kanan. Mereka berjalan di atas karpet merah dengan motif bunga tulip lalu melintasi meja kayu yang dihiasi satu vas bunga cantik di atasnya.

Pemandangan itu sudah sangat biasa bagi Roni, meskipun dia baru beberapa bulan bekerja di hotel itu. Sebelumnya dia sempat bekerja sebagai butler yang melayani tamu-tamu VIP Hotel Amalia. Namun, Roni menyadari ada yang sedikit berbeda di sana. Udara dingin terasa lebih menusuk. Cahaya lampu pun agaknya lebih redup dari biasanya. Belum lagi suasananya lebih mencekam dan lebih sepi dari biasanya.

“Oke, Laras. Kita sudah sampai di kamarmu.” Roni memecah kebisuan di antara mereka sejak keluar dari lift.

“Nah, gitu dong. Umur kita kan gak beda jauh. Terima kasih ya, Ron.” Jawab Laras.

“Hehehe. Iya, Laras. Sama-sama. Ada lagi yang bisa saya bantu? Membawakan koper ke dalam kamarmu mungkin.” Tanya Roni sok akrab.

“Hmm, Apa ya? Boleh aku minta nomor ponselmu? Siapa tahu nanti aku butuh sesuatu.”

“Euh, nomor ponsel? Bo.. Boleh.” Roni membacakan nomor ponselnya dengan gugup. Dia bingung. Belum pernah ada tamu yang meminta nomor ponselnya selama ini.

“Oke, udah aku save. Nanti kalo aku butuh sesuatu, aku tinggal kontak kamu aja ya, Ron. Sudah dulu ya. Aku capek. Pengen mandi terus rebahan deh. Makasih ya Roni.” Laras berkata sambil tersenyum manis.

“O.. Oke, Laras. Se.. Selamat beristirahat.” Roni semakin gugup dengan sikap Laras yang berubah total menjadi ramah dan akrab. “Saya permisi dulu kalau begitu.” Roni pun berjalan meninggalkan Laras.

***
Malam harinya..

Malam sudah larut. Pergantian shift jaga sudah dilakukan. Roni berada di ruang loker. “Siapa nih?” Tanya Roni kepada cermin di lokernya. “Laras?” Dia kaget melihat ada tiga missed call setiap selang 60 menit dan dua SMS dari nomor tak dikenal.

Inbox (2)

From : +628166600666

25 Oktober 2010 ; 20:01:03
Hi, Ron. Ini aku, Laras. Bisa tolong ke kamarku sekarang?

25 Oktober 2010 ; 23:10:00
Ron, masih sibuk? Barusan aku telepon kamu 3 kali. Aku lupa, biasanya kalo lagi kerja gak boleh bawa ponsel ya? Telepon aku ya kalo udah santai. Ini nomorku, jangan lupa disave ya, Ron. :)


Antara senang dan bingung Roni membaca SMS yang dikirim oleh Laras. Sudah lama tak ada wanita yang mencarinya seperti ini. Pakai emoticon senyum pula. Dia mondar-mandir di depan lokernya. Tak tahu apa yang harus dilakukan.

“Sudah hampir jam 2 pagi. Sopan gak ya kalau aku meneleponya sekarang? Nanti dikira gak sopan. Tapi Laras sendiri yang memintaku untuk meneleponnya kalau aku sudah beres kerja. Aduuuh… Gimana iniii...!?!” Terjadi pergelutan antara Id dan Superego Roni.

Di satu sisi Roni diminta oleh Laras untuk meneleponnya, dan memang itu keinginan Roni. Di sisi lain malam sudah sangat larut. Sangat tidak sopan menelepon tamu di jam seperti itu. Langkah Roni terhenti. Dia menatap dirinya di cermin. Akhirnya dia memutuskan untuk menelepon Laras. Setelah tiga nada sambung terdengar suara perempuan di seberang sana. Suara yang serak. Tetapi Roni menangkapnya sebagai suara paling seksi yang pernah dia dengar.

“Hi, Ron. Kok malam amat sih neleponnya? Hampir saja aku ketiduran nunggu telepon dari kamu.” Sapa Laras.

“Iya nih. Aku baru beres kerja jam 12 lebih. Terus tadi beres-beres dulu. Mandi dulu. Baru sekarang deh aku lihat ponsel lagi.
Tadi ada apa nelepon aku, Ras?” Bingung harus berkata apa. Roni merasa sangat aneh dengan sikap tamunya itu.

“Iya, tadinya aku mau minta ditemenin makan malam di kamarku. Aku kan tidur di sini sendirian.” Jawab Laras mesra.

“Oh, gitu. Maaf ya, Ras. Waktu kamu nelepon aku masih jaga.”

“Iya, gak apa-apa, kok. Sebagai gantinya, besok siang kamu temani aku makan siang ya. Jam 1 siang di kamarku. Menunya roasted duck dan buncis stze tjuan. Jam 1 ya. Kamu saja yang bawa makanannya ke kamarku. Oke? Ditunggu lho ya. Awas nanti kalo kamu gak dateng aku aduin ke manajer kamu karena gak mau melayani tamu. Sudah ya, aku tidur dulu. Aku capek nungguin telepon dari kamu. Tapi aku senang udah denger suara kamu. Jadi aku bisa tidur nyenyak malam ini. Malam, Ron. Selamat istirahat.” Laras menyerang membabi buta dengan rentetan kata-kata. Tak memberi celah untuk Roni membalas perkataannya.

“Oke, Laras.” Belum sempat membalas, panggilan sudah terputus. Roni tersenyum sumringah. Tetapi kepalanya berputar. “Apa yang sebenarnya sedang terjadi?” Pikirnya.

***

Keesokan siangnya Roni memenuhi permintaan Laras. Gerobak makanan berisi roasted duck dan buncis sze tjuan ditambah beberapa minuman didorong oleh Roni masuk ke kamar Laras.

“Halo, Roniii..” Sapa Laras dengan riang dari dalam kamar. Sebuah kamar deluxe dengan king size spring bed. Bed cover berwarna merah marun menutupi ranjang itu. Menempel sebuah lukisan bergambar wanita sedang menari tarian Bali di atas dinding ranjang itu. Tirai abu yang menghalangi cahaya masuk ke dalam kamar. Tirai itu bergerak seperti tertiup angin dari luar kamar. TV Flat screen didiamkan menyala di saluran telenovela lawas. Koper tersimpan di atas rak sepatu dalam keadaan tertutup. Lemari pakaian yang terbuka pun tak terlihat ada isinya. Tak ada jejak air yang tersisa di kamar mandi yang pintunya terbuka. Dan, Laras masih mengenakan gaun merah yang Roni ingat.

“Hi, Laras. Ini pesananmu.” Jawab Roni. Di saat yang bersamaan Roni berkata dalam hati. “Kamar dan orang yang aneh.”

Hampir dua jam mereka habiskan di dalam kamar itu. Mulai dari mencicipi hidangan sampai ngobrol ngalor ngidul. Mereka menemukan kesamaan dalam hobi dan sifat. Jika mereka pacaran atau menikah mungkin menjadi pasangan yang serasi. Terbawa suasana, mereka akhirnya berciuman.

Sejak itu hubungan mereka menjadi semakin intens. Mulai dari SMS, ngobrol di telepon selama berjam-jam, sampai makan malam bersama di kamar Laras. Roni sering mendapat teguran dari manajernya gara-gara tertangkap basah menggunakan ponsel pada jam kerja. Tapi Roni tak peduli.

Dia tidak sedang menelepon, atau pun main SMS, dia cuma membaca SMS dari Laras yang disimpannya dalam folder khusus di ponselnya. Di kepalanya sekarang cuma ada Laras. Roni mulai berpikir untuk membawa hubungan mereka lebih jauh dari sekedar ini. Pacaran, atau bahkan menikah. Sampai akhirnya malam itu pun tiba.

***
31 Oktober 2010

Roni baru saja sampai di tempat kerjanya. Dia sedang berbenah di ruang loker. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Ada SMS dari Laras.

Inbox (1)

31 Oktober 2010 ; 15:00:00

Sayang., ini malam terakhirku di hotel. Datang ya ke kamarku tepat pukul 21:30, tak kurang dan tak lebih. Aku punya kejutan untukmu. Kita akan melakukan ‘permainan terhebat sepanjang masa’. Aku tak mau mendengar alasan kamu gak bisa datang. Oke, sayangku? Sekali lagi, DATANG TEPAT WAKTU. TAK KURANG DAN TAK LEBIH. See you later, Ron. :)


“Kenapa nih si Laras. Kok kayaknya serius amat. Pake huruf kapital segala.” Roni mengernyitka dahinya. Lalu dia membalas SMS itu singkat. Tapi rasa penasaran Roni begitu menggebu.

Oke, Larasku sayang.. Nanti aku pasti dateng kok. Aku kerja dulu ya. Bye. :)

“Oke, gini aja kali ya.” Ucap Roni dalam hati sembari menekan tombol send.

Waktu terasa begitu lama. Roni sudah tak sabar menantikan kejutan apa yang akan Laras berikan. Dirinya sudah berencana untuk ijin pulang duluan. Dia meminta tolong kepada salah seorang kenalannya di Hotel Amalia.

“Sial. Udah jam Sembilan nih. Si Roy ke mana sih? Gua suruh dia stand-by dari jam Sembilan kurang juga. Dasar tukang ngaret.” Roni menggerutu. Dia gelisah karena waktu sudah semakin mepet. Tak lama Roy pun datang.

“Roy! Sini cepetan!” Roni berbisik sekeras mungkin kepada Roy di balik pintu front office. Menghindari kecurigaan dari orang-orang di sekitar Lobby.

“Ada apaan sih, Ron? Heboh amat deh lo hari ini.”

“Hehehe. Gue ada perlu nih, Bro. Lo gantiin gue ya dari sekarang. Sesuai perjanjian, nanti lo gue traktir makan siang tiga kali!” Kata Roni riang.

“Iya, bawel. Tapi ada apa sih emang?” Roy penasaran.

“Rahasia ya, Bro. Gue diundang sama tamu hotel ke kamarnya. Kamar 13266. Hehehe.” Bisik Roni.

“Hah? 13266? Emangnya ada ya kamar itu?” Tanya Roy bingung.

“Ssssst.. Kenceng amat suara lo! Kecilin dikit napa tuh suara? Ada kali Roy. Kamarnya di lantai 13. Tamunya cewek seksoy yang hampir seminggu lalu dateng pake gaun merah gitu. Masak sih lo yang udah lama kerja di sini kagak tau?”

“Tau ah gelap.. Have fun aja deh buat lo. Awas taunya cewek itu setan! Hahaha.” Goda Roy.

“Kampret! Berisik lo ah. Udah ya, gantiin gue ya. Gue udah telat nih. Timingnya harus pas banget soalnya. Gue cabut dulu oke, Bro. Thanks a lot!” Roni pun pergi meninggalkan Roy. Sementara Roy meninggalkan kebingungannya akan sikap temannya. Roy mulai berjaga di depan front office.

***
21:30 di lantai 13..

Roni sudah siap di depan kamar 13266 dengan setelan terbaiknya. Tuksedo berwarna hitam dengan bahan Armani palsu yang dibelinya di Mangga Dua. Bunga mawar merah menghiasi saku jasnya, sementara dasi kupu-kupu terikat di lehernya. Dia pun menekan bel kamar itu.

“Hi, darling. Are you ready?” Laras membuka pintu kamarnya. Tubuhnya yang montok hanya berbalut lingerie tipis berwarna merah. Siapa pun yang melihatnya malam itu pasti ingin menidurinya. Penerangan di dalam kamar lebih redup dari hari biasanya. Dia menarik Roni masuk ke dalam kamar.

“Aku udah siap. Emangnya kita mau ngapain sih?” Roni bertanya polos.

“We’re going to have sex, baby. Aku tahu dari pertama kamu lihat aku kamu menginginkan tubuhku. Bukan begitu, sayangku?” Laras menggoda Roni dengan dahsyatnya. Ruangan sunyi itu terdengar detak jantung Roni yang menderu sangat kencang. Roni terlihat sedikit ragu dengan tawaran menggiurkan ini.

“Laras.. Kamu yakin dengan ini?”

“Lho? Kok kamu nanya kayak gitu, Ron? Kalau aku gak yakin buat apa aku minta kamu datang ke kamarku.” Laras berusaha meyakinkan.

“Euh, tapi.. Kita belum lama kenal. Lagipula biar bagaimana pun kamu itu masih tamu aku, Ras. Kamu yakin dengan ini?” Roni kembali bertanya.

“Ya, aku yakin. Sudah jangan banyak tanya. Cepat buka celanamu.”

Roni tak dapat berpikir jernih. Semua ini serba mendadak dan begitu membingungkan. Terdiam.

“Ayo, tunggu apalagi sih kamu? Aku udah horny nih..” Laras mendorong Roni ke atas ranjang. Mereka mulai berciuman. Ranjang pun mulai berderit. Tak lama terdengar suara erangan dan rintihan dari kamar itu. Diakhiri oleh suara teriakan yang panjang. Lukisan wanita penari Bali menjadi saksi bisu perbuatan mereka. Malam itu mereka melakukan ‘permainan terhebat sepanjang masa’ hingga terlelap.

***
Keesokan paginya..

Suara gaduh di kamar sebelah membangunkan Roni dari tidurnya. Masih di dalam kamarnya, pikirannya masih melayang. Semalam adalah pengalaman terhebat selama hidupnya. Dia belum pernah merasakan gairah sekuat itu. Tetapi ada sesuatu yang hilang dari kamar itu. Laras telah pergi. Entah sedari kapan. Laras meninggalkan Roni tanpa sepatah kata setelah apa yang mereka perbuat semalam.

Roni segera mengenakan pakaian seadanya, lalu keluar dari kamar itu. Terlihat nomor kamar yang menempel di pintu. “14266? Gila. Efek semalem masih ada sampe sekarang.” Kata Roni sembari berjalan ke arah lift.

Roni memperhatikan keadaan sekitar sambil menunggu lift terbuka. “Berisik banget sih pagi ini? Biasanya lantai ini kan selalu sepi.” Kata Roni dalam hati ketika melihat anak-anak kecil saling berkejaran, petugas room service yang sedang membersihkan kamar sebelah. Dan beberapa tamu hotel yang sedang bercakap-cakap.

Akhirnya lift itu sampai di lantai Roni berada. Indikator menunjukkan angka 14. “14? Ini kan seharusnya lantai 13. Rusak kali ya ini lift?” Roni menggunyam. Dia pun melangkah masuk ke dalam lift. Beberapa tamu ikut masuk ke dalam lift itu.

“Lantai berapa, Mas?” Tanya Roni kepada para tamu.

“Ke lobby, Mas.” Seorang pria berkacamata menjawab. Roni pun menekan huruf L.

“Aku mau main ke kamar saudaraku, kak. Tolong ya ke lantai 7.” Kali ini seorang anak kecil menjawab. Angka 7 ditekan oleh Roni.

“Tolong ke lantai 12, Mas. Terima kasih.” Kata seorang ibu cantik. Roni menekan angka 12, lift pun turun mengikuti gravitasi bumi. Roni. menyadari ada yang sedikit janggal dari urutan lift itu. Angka 14 di indikator langsung loncat ke angka 12.

“Lho? 13 ke mana? Kok gak ada?” Tanya Roni dalam hati. Matanya spontan melacak tombol deretan angka di dalam lift. Dia tidak dapat menemukan angka 13 di sana. Pikiran negatif mulai merasuki kepalanya. Terutama kata-kata Roy sesaat sebelum
Roni meninggalkannya untuk bertemu Laras.

Sesampainya di Lobby. Roni berlari ke ruang janitor untuk menemui Pak Wardiman. Petugas kebersihan Hotel Amalia yang sudah bekerja di sana selama puluhan tahun.

“Pak Wardiman!” Teriak Roni.

“Eh, ada nak Roni. Tumben kamu ke sini. Ada apa?” Seorang pria paruh baya menyambut Roni dengan ramah.

“Aku mengalami kejadian aneh nih, Pak. Aku mau tanya. Sebenarnya di hotel ini ada lantai 13 gak sih? Terus kalau kamar 13266 itu ada atau nggak?” Roni tak dapat menyembunyikan kepanikannya.

“Lantai 13? Kamar 13266? Waduh. Pasti nak Roni selama enam hari kemarin digodain sama non Laras ya?”

“Iya, Pak. Bapak kok tahu Laras? Dia itu siapa Pak sebenarnya? Semalam aku tidur bareng dia di kamar 13266 lantai 13. Tapi pagi ini dia tiba-tiba hilang tanpa kabar. Terus barusan aku turun dari lift kok gak ada angka 13 di deretan tombolnya ya Pak? Bingung aku.” Roni menjelaskan kejadian yang baru saja dialaminya.

“Aih, jadi kamu toh korban non Laras tahun ini. Aku kasih tahu kamu nih nak Roni. Non Laras itu sudah meninggal. Sudah dari 18 tahun lalu.”

Petir seakan menyambar tubuh Roni. Wajahnya mendadak pucat pasi. Lidahnya kelu. Tetapi dia tetap memaksakan diri untuk berbicara. “Ma.. Maksud Bapak gimana? Sudah meninggal? Gak mungkin ah Pak. Jangan bercanda yang gak lucu ah.”

“Aku ndak bercanda kok nak Roni. Non Laras itu sudah meninggal. Dia terjun dari lantai 13. Nomor kamarnya 13266. Kejadiannya itu tanggal 31 Oktober 1992. Jadi, non Laras situ bunuh diri gara-gara suaminya selingkuh. Nah, terus dia nginep di hotel ini selama 6 hari. Setiap harinya non Laras selalu membawa lelaki yang berbeda. Kalau dihitung totalnya ada 6 orang jumlahnya.” Jelas Pak Wardiman.

“Te.. Teruskan ceritanya, Pak.” Roni tak percaya dirinya meminta Pak Wardiman meneruskan cerita tentang non Laras. Bulu kuduknya berdiri. Tubuhnya dibasahi oleh keringat dingin.

“Iya, Jadi non Laras nginep dari tanggal 25-31 Oktober 1992. Nah, malam terakhirnya itu dia terjun dari jendela kamar 13266. Sekarang sih kamarnya masih ada, tapi jadi 14266. Angka 13 di lift juga sengaja diloncat langsung ke angka 14. Soalnya kata orang pinter angka itu bawa sial.”

Roni diam mendengarkan. Mukanya kini seputih kertas kosong. Sementara Pak Wardiman keasyikan bercerita.

“Ini bukan pertama kalinya terjadi kok. Setiap 6 tahun sekali non Laras pasti datang ke hotel ini mencari pria muda. Selain itu, kalau diperhatikan pasti ada petunjuk yang berbau angka 6. Nomor kamarnya kalo dijumlah jadi 666. Non Laras tidur dengan 6 Pria. Biasanya waktu dia menghubungi para lelakinya pasti ada unsur 6. 12 tahun lalu yang mengalami kejadian ini adalah seorang pengusaha muda. 6 tahun lalu ada seorang pemuda tampan, atlet kalo saya nggak salah. Nah, tahun ini mungkin giliran nak Roni. Sudah ya nak Roni. Bapak harus bekerja dulu. Sering-sering main ke ruangan Bapak ya.”

Sekali lagi petir seakan menyambar tubuh Roni. Dia tak menjawab Pak Wardiman. Dirinya terguncang mendengar cerita Pak Wardiman. Masih setengah percaya. Roni merogoh sakunya. Jarinya dengan cepat mencari nama Laras di kontak teleponnya. Tidak ada seorang pun yang bernama Laras. Dia meluncur ke inbox, memeriksa folder SMS atas nama Laras. Tak ada satu pun folder khusus. Roni diam membeku. Dan hujan pun turun membasahi bumi.