About Me

Foto saya
I play at everybody's mind. I live in everybody's heart.

Selasa, 07 September 2010

PULANG

Seperti biasa, aku menghabiskan waktu sendirian berdiam diri di tepi bukit. Aku duduk di dalam mobilku sembari memperhatikan pemandangan di dataran yang lebih rendah.
Seakan sedang menunggu sesuatu. Sesuatu yang tak kunjung datang.

Aku memang memiliki kebiasaan aneh sedari kecil. Ketika teman-temanku mengajak bermain, aku selalu menolak. Memilih untuk diam di kamar menatap langit-langit yang menjadi medan perang cicak dan nyamuk.

“Doni.. Ayo makan dulu, Nak..” Suara ibu terdengar dari luar kamar. Aku pura-pura tak mendengar. Biasanya membutuhkan tiga panggilan sebelum akhirnya aku beranjak dari kamarku itu.

“Doni, ayo makan..” Suara ibu semakin keras. Nada bicaranya pun menjadi lebih datar. Masih tak kuhiraukan. Sang cicak telah berhasil meringkus lebih dari tiga ekor nyamuk di kamarku.

“Do.. Ni.. Al.. Fi.. An.. Di..” Ibu memanggil nama lengkapku dengan terpatah-patah.
Barulah aku beranjak dari kamar menuju ruang makan. Tanpa bicara. Tak bersuara. Aku menyelesaikan makan malamku lalu kembali ke kamarku.

Ya, memang seperti itulah aku.
Dibilang bisu aku sebenarnya bisa bicara, tetapi aku lebih memilih untuk diam. Mungkin karena itu aku tak memiliki banyak teman.
Waktu istirahat di sekolah pun aku lebih banyak diam di kelas. Membuat gambar atau membaca buku sambil menunggu jam pelajaran berikutnya datang sementara murid yang lain bermain di lapangan sekolah atau jajan ke kantin belakang.

***

Hal terakhir yang aku ingat adalah aku terbangun di dalam mobil di tepi lembah yang sama. Aku sama sekali tak tahu di mana letak lembah ini, tetapi entah mengapa aku menyukai suasananya.
Hamparan karpet berwarna hijau dibatasi oleh tebing di setiap sisinya, menghiasi pelupuk mataku. Kupu-kupu yang saling berkejaran. Sinar matahari hangat yang menyentuh kulitku.
Dan yang paling aku suka adalah kesunyiannya. Aku dapat mendengar detak jantungku sendiri di sini.

“WOOOOOYYYYY…..!!!!!” Aku berteriak. Sayup-sayup terdengar suara gaung yang terpantul.

“GUA DONIIII….!!!!! NAMA LO SIAPA…..!?!?!” Gaung kembali terdengar.
Kekecewaanku muncul ke permukaan. Aku berharap ada yang menjawab pertanyaanku.

Aku kesepian. Sangat kesepian.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa kesepian yang teramat sangat. Aku membutuhkan seseorang untuk diajak berbicara.

***

Petir menggelegar. Gerombolan prajurit awan hitam mulai bergantungan di atas langit. Seketika menembakkan butiran peluru air ke arah bumi.
Aku bergegas masuk ke dalam mobilku. Menatap ke arah lembah dari dalam mobil.
Pandanganku terhalang oleh tetesan air hujan di kaca mobilku. Aku berusaha menghitung berapa banyak tetesan air yang ada di kaca mobilku.

“Bodoh..” Aku berbicara pada diriku sendiri.

Aku memejamkan mata. Sekilas muncul bayangan seorang wanita yang nampak familiar.
Mukanya tak begitu jelas, tapi aku tahu wanita itu pasti sangat cantik. Seperti seorang bidadari.

“Siapakah engkau gerangan?” Aku bertanya pada diri sendiri lalu tertidur.

***

Hari demi hari pun berlalu, masih di tempat dan dengan kegiatan yang sama.
Aku mencoba menyalakan mesin mobilku untuk yang ke sekian kali setiap harinya. Namun, seperti biasa. Tak ada reaksi apa pun terhadap mesin mobilku ketika kuputar kuncinya.

Mulai merasa bosan. Aku melangkah ke tepi bukit.

“Apa yang akan terjadi jika aku melompat dari ketinggian seperti ini, ya? Apakah aku akan mati?”

Aku memejamkan mata lalu melompat. Bayangan wanita itu pun kembali muncul.

“DUAK!!!” Terdengar suara benturan benda tumpul.

Aku menyentuh dasar lembah. Mataku pun terpejam.

Beberapa saat kemudian aku terbangun kembali di dalam mobilku.

Aku bergegas keluar. Lalu berteriak, “APA YANG SEBENARNYA TERJADI PADA DIRIKUUU…..!?!?!”

Gaung kembali terpantul. Tetapi kali ini aku seperti mendengar seseorang yang memanggil namaku.

“Doniii.. Doniii.. Doniii..”

Aku mengacuhkannya. “Itu cuma halusinasi.” Pikirku.

***

Hujan kembali turun. Kali ini lebih deras dari biasanya. Namun, aku tak masuk ke dalam mobil.
Aku berbaring di atas tanah. Membiarkan tetesan air membasahi wajahku. Menyatu dengan air mataku. Aku menangis.
Kupejamkan mata. Kembali terbayang wajah wanita itu.

“Siapakah kamu? Kenapa kamu selalu muncul setiap aku memejamkan mata?”

***

Aku menyadari air hujan tak lagi membasahi wajahku. Aku membuka mata. Seorang wanita sedang berdiri di sampingku.
Ya, wanita yang selalu muncul di bayanganku. Dia sedang memayungiku sambil tersenyum. Menatapku dengan penuh kasih sayang.

“Doni..” Wanita itu memanggil namaku. Tak kuhiraukan.

“Doni.. Ayo ke sini..” Dia kembali memanggilku. Aku berdiri mendekatinya.

“Do.. Ni.. Al.. Fi.. An.. Di.. Ayo, Nak, ikut ibu..”

“Ibu?”

“Iya, Nak. Ibu datang menjemputmu. Mari kita pulang.”

“Baiklah, Bu.”

***
Aku membuka mataku. Aku berada di sebuah ruangan serba putih, dengan hiasan dinding berupa beberapa lukisan murah bergambar buah-buahan dan foto sebuah gedung tua.
Aku terbaring di atas kasur dengan keadaan tak berdaya. Kabel-kabel infus menusuk lenganku.
Mataku pun teralihkan pada sesosok manusia yang berada di sampingku, menggenggam tanganku erat. Dia tertidur.
Aku menggenggam tangannya lebih erat. Dia pun terbangun. Lalu tersenyum, menatapku dengan hangat. Air mata mengalir di wajahnya.

Aku mencoba membuka mulutku.

“Halo, Ibu. Aku sudah kembali.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar