Dunia, ibarat oase di tengah padang pasir yang menghampar luas. Ada yang nyata, seringkali cuma fatamorgana. Khayal yang menjelma menjadi dusta. Memperdaya akal pikiran. Dan juga hati.
Manusia seringkali lupa.
Bahwa dunia hanyalah tempat peristirahatan sementara sebelum akhirnya semua akan disemayamkan di dalam baka. Tempat terdapat kehidupan nyata berisi kedamaian dan kebahagiaan abadi.
Ya, jika manusia pantas mendapatkannya. Dengan tidak terlalu lama terjebak di dalam fana.
Kadang Aku berpikir.
Apakah itu terjadi karena manusia seringkali membenarkan yang biasa ketimbang membiasakan yang benar. Sesuatu yang telah menjadi tradisi dan kebiasaan akan dilestarikan. Sementara kebenaran seringkali ditutup-tutupi. Atau mungkin dimusnahkan seperti bukti-bukti pelaku kejahatan yang tercecer lalu dihilangkan oleh pihak otoritas berkepentingan yang menyewa pelaku kejahatan di film-film detektif dan konspirasi.
Dalam kehidupan nyata, bisa jadi pihak otoritas yang berkepentingan di sini adalah akal. Bisa juga hati. Tergantung situasi apa yang membuat mereka menjadi lebih dominan dan mampu membuyarkan realita. Bias. Seperti pensil di dalam gelas berisi air.
Manusia seringkali lupa.
Bahwa manusia hanyalah butiran debu di alam semesta yang luas ini. Begitu kurang lebih kata para peneliti. Meskipun pernyataan itu agaknya masih terlalu berlebihan untukKu. Berlebihan sombongnya.
Bagaimana bisa manusia disamakan dengan butiran debu alam semesta jika pada kenyataannya manusia lebih kecil daripada itu? Bahkan bisa dikatakan tidak ada.
Pernahkah kamu membayangkan, betapa besar dan perkasanya manusia di hadapan semut? Seolah manusia bisa mengatur hidup semut itu sesuka hati. Aku yakin kebanyakan dari kalian pasti pernah mengamati semut sambil membayangkan demikian.
Tapi pernahkah kamu membayangkan ketika manusia adalah semut itu sementara Sang Pengatur Alam Semesta itu adalah kamu yang sedang mengamati semut? Betapa kecil kalian di hadapan-Nya. Bahkan sebetulnya jauh lebih kecil hingga tidak bisa dilihat sekalipun memakai mikroskop binokular. Bisa dikatakan manusia itu tidak ada.
Pernahkan kamu membayangkan kehidupanmu kelak?
Bukan.
Bukan 10 tahun ke depan.
Bukan pula 40 tahun yang akan datang.
Tapi kehidupanmu ketika kamu tidak hidup lagi. Ketika sebagian dariKu yang Kutitipkan telah kau kembalikan.
Manusia seringkali lupa.
Bahwa tanpa nyawa manusia hanyalah seonggok tulang berbalut daging dan darah yang hanya bisa terbujur kaku.
Tanpa rasa. Tanpa asa. Tanpa logika.
Bahwa tanpa kemurahan hatiKu manusia tidak akan memiliki apa-apa.
Kadang Aku berpikir.
Tidakkah cukup semua yang telah Kusediakan di alam ini untuk manusia?
Tanah yang Kujadikan tubuh dan kujadikan tempat manusia berpijak dan mencari makan. Laut yang Kujadikan indah lengkap dengan ikan untuk manusia nikmati. Akal yang sehat agar manusia bisa berpikir, belajar, dan mencari penghidupan. Dan Hati yang mampu bersedih, bahagia, marah mencintai dan menyayangi agar manusia dapat mengenali sebagian sifatKu.
Manusia seringkali lupa.
Bahwa manusia itu pelupa.
Maka ingatlah diriKu. Dan Aku akan mengingatmu.
#FoodForThoughts #FoodForSouls #DailyReminder
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."
(QS 2:152)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar