About Me

Foto saya
I play at everybody's mind. I live in everybody's heart.

Jumat, 23 Oktober 2009

Seruling Bambu

Seruling bambu itu beradu.
Beradu dengan kerasnya persaingan di kota besar demi kelangsungan hidupnya.

Seruling bambu itu beradu.
Beradu dengan mulut seorang pria paruh baya di sisi jalan ibukota.

Seruling bambu itu beradu.
Beradu dengan hiruk pikuk kendaraan bermotor diperempatan jalan.

Seruling bambu itu beradu.
Beradu dengan hembusan angin yang tertiup menyelinap di dalamnya memperdengarkan nyanyian indah dari tanah Sunda.

Dan aku pun mengadu.
Mengadu kakiku berkeliling menjajaki kendaraan yang sedang berhenti di bawah lampu merah.

Dan aku pun mengadu.
Mengadu nasibku mencari sekeping uang logam pemberian orang lain demi sesuap nasi yang lama tak kurasakan.

Ah, beginilah nasibku.
Nasib seorang pemain seruling bambu.
Memainkan nada-nada pilu tak jemu-jemu.

Dan kemudian seseorang membuka kaca mobilnya.
Mengulurkan tangannya padaku memberi sekeping uang logam harapanku.

Alhamdulillah...

Aku panjatkan syukur kepada Illahi Rabbi atas apa yang telah kuperoleh hari ini.
Aku mengucap Doa kepada Sang Pencipta atas bantuannya yang disalurkan melalui hamba-hamba-Nya.
Dan aku meminta keselamatan bagi hamba-Nya itu.

Seruling bambuku pun kembali beradu.
Sebagai wujud dari rasa syukurku pada-Mu.

Seruling bambuku pun kembali beradu.
Memperdengarkan nada-nada pilu tak jemu-jemu. 
Wujud rasa sedihku atas kelakuan hamba-hamba-Mu.

Hamba-Mu yang seringkali aku lihat tak mensyukuri apa yang telah Engkau berikan pada mereka.

Hamba-Mu yang seringkali melupakan diri-Mu setelah apa yang telah Engkau lakukan untuk mereka.

Hamba-Mu yang kini mendapat cobaan bertubi-tubi, sebagai wujud rasa marah-Mu.

Seruling bambu itu pun membisu.
Namun tetap memperdengarkan nada-nada pilu.
Nada-nada pilu berupa tangisan dari hamba-hamba-Mu.

Seruling bambu itu pun membisu.
Merubah wujudnya menjadi abu.
Di tengah-tengah keharuan yang syahdu.

Dan aku pun membisu.
Menyusul seruling bambuku.

Selamat tinggal duniaku.



(Terima kasih untuk pria peniup seruling bambu di sekitar lampu lalu lintas pasteur yang selalu mensyukuri apa yang telah ia peroleh dan membacakan doa keselamatan untukku. Lama tak kulihat dirimu.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar