About Me

Foto saya
I play at everybody's mind. I live in everybody's heart.

Senin, 06 September 2010

MALAIKAT PENCABUT NYAWA

Malam temaram tak berbintang. Sang rembulan mengintip malu di balik awan gelap yang syahdu.
“Aku menyukaimu. Sejak pertama kali kita bertemu. Tak tahukah kamu perasaanku?” Aku menggunyam.
Tak lama, ponselku bordering. Senyumku membuncah melihat nama Nindya di layar. Seketika perasaanku melambung ke angkasa.

“Hi, Aldy.. Lagi apa?”

Suara merdu itu kukenali dengan sangat baik. Aku bisa membayangkan senyum manisnya di balik ponsel.

“Halo, Nindy.. Aku seperti biasa, lagi ngopi sambil merokok di teras menikmati malam.”
“Aih, dasar kamu cowok melankolis. Kerjaan tiap malam sedari dulu pasti itu. Ckckck.”
“Ya, maklumlah, proyekan lagi sepi. Ada apa, Nind? Kok tumben menelepon semalam ini?”
“Ah, iya. Begini, kamu besok ada acara nggak? Ketemuan, yuk! Aku punya kejutan untukmu.”
“Boleh. Di mana? Jam berapa?”
“Hmm, di Kopi Jago. Tempat kita biasa ngumpul waktu dulu. Jam 1, ya! Pokoknya awas kalau kamu gak jadi datang.”
“Siap, Nyonyaaah..”
“Oke, see you tomorrow, dy.. Good night..”
“Night, Angel..”

***

Aku tiba di Kopi Jago tepat pukul 12 siang. Aku tak biasa membuatnya menunggu. Ya, sejak pertama kali jumpa dan berteman di bangku kuliah, aku tak pernah membuat dia menunggu barang sedetik pun.

“Selamat siang, Mas. Silakan, mau pesan apa?”
“Siang. Pesan hot chocolate saja, Mbak.”
"Oke, tunggu sebentar ya, Mas."

Siang itu sebenarnya panas, tetapi aku membutuhkan minuman yang dapat membuatku rileks. Aku sudah membulatkan tekadku. Aku akan menyatakan perasaanku pada Nindya.

“Silakan, Mas, pesanannya.”
“Terima kasih.” Ucapku seraya berjalan ke arah meja kosong di pojokan yang menjadi tempat favorit kami berdua.

Tak lama kemudian Nindya datang. Aku memperhatikannya dari tempatku berada.
Kemeja kotak-kotak, celana jeans ketat, dan flat shoes berwarna coklat yang serasi dengan tas kulitnya selalu menjadi setelan kesukaannya.
Belum lagi rambutnya yang diikat ekor kuda memamerkan lekuk lehernya yang menjadi daya tarik tersendiri. Dilengkapi kacamata goofy yang menghiasi paras cantiknya.

“Ah, sempurna. She's my angel. Dia wanita impianku.” Ucapku dalam hati sembari melambaikan tangan ke arahnya.
“Aldyyy!!!” Dia mempercepat langkahnya menghampiriku, lalu memelukku.

***

Seolah tersihir, waktu yang berjalan begitu cepat menunjukkan pukul 4 sore. Berbagai percakapan konyol kami bahas untuk melepas rindu. Mulai dari perkenalan di masa orientasi, sampai berbagai petualangan kita ketika menjelajah pantai-pantai di pulau Jawa-Bali. Lalu dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

“I have something for you, Dy.”
“Really? What is it? I have something for you too.”

Nindya tersenyum, mengeluarkan sebuah kotak kecil. “Open it.” Ucapnya dengan lembut.

Sedikit heran melihat benda di dalamnya, aku berkata, “A ring? For me? What is it all about?”

“I’m getting marry, Dy. And I want you to be my bestman since we’re such a good friend.”

Aku diam tanpa kata. Lidahku kelu.
Semua kata yang aku persiapkan untuk menyatakan cintaku kini menguap, menyatu dengan udara.
Aku memberinya senyuman palsu.
Kebahagiaanku kini telah sirna.
Kebahagiaanku yang selalu menjadi arti hidupku.

1 komentar: