About Me

Foto saya
I play at everybody's mind. I live in everybody's heart.

Jumat, 24 September 2010

BURUDUL KELEK!

Di setiap lingkungan pertemanan, pasti ada satu kata yang hanya dimengerti oleh anggota kelompok itu. Di kelompok saya, salah satu kata yang cukup terkenal adalah “Burudul Kelek”, “Burudul” itu artinya banyak dan terus menerus, dan “Kelek” itu artinya ketiak, tetapi di sini konteksnya lebih ke arah bulu ketiaknya. Jadi, “Burudul Kelek” itu mengacu pada sesuatu yang banyak dan ada terus seperti bulu ketiak. Oh, iya, kata ini cuma bisa digunakan oleh orang Sunda saja ya. :D

Misalkan, seorang kawan sedang memainkan melodi gitar Paul Gilbert yang terkenal dengan kecepatan jarinya, maka ketika dia bermain gitar kita semua akan berkata, “Ajih, burudul kelek euy melodi maneh” yang artinya sama saja dengan “Gila, hebat banget lo melodinya!”

Atau ketika mendatangi suatu pensi, lalu ada teman yang bertanya “Kumaha euy anu daratang? Loba teu? (Gimana yang datang? Banyak nggak?), kita biasanya akan menjawab dengan “Murudul kelek, Bray! Rea pisan!” (Murudul kelek, Bray! Banyak banget!)

Nah, sebenarnya kata itu diambil dari sebuah cerita. Jadi begini ceritanya..

Pada suatu hari di kota Bandung, hiduplah dua orang pemuda. Mereka adalah si Abdul dan si Alek. Mereka berdua adalah mahasiswa universitas negeri terkenal di kota itu, tinggal di sebuah rumah kontrakan yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.

Kecil memang, tetapi cukup untuk menjadi tempat mereka bernaung. Takdir telah mempertemukan mereka di rumah itu. Dua lelaki bujang tinggal berdua dalam satu atap tentulah tidak mudah, tetapi mereka hidup rukun. Sampai pada akhirnya pertengkaran kecil terjadi.

***

Hari itu mereka harus kuliah pagi. Alek kuliah jam 7 pagi, sedangkan Abdul kuliah jam 8 pagi. Semalam mereka habis begadang nonton bola sehingga telat bangun. Meski kuliah jam 8 pagi, Abdul bangun lebih cepat daripada Alek, waktu menunjukkan pukul 06:55. Perut mules membuat dirinya terpaksa bangun lebih cepat. Segeralah Abdul menuju kamar mandi untuk setoran.

Belum lama masuk ke kamar mandi, Alek bangun dari tidurnya. Dia tersentak melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum jam. Alek pun berlari menuju kamar mandi. Dia membiasakan diri harus mandi sebelum keluar rumah, tetapi sayang kamar mandi saat itu dikuasai oleh Abdul. Alek pun menggedor pintu kamar mandi.

“Dul, burukeun euy! Aing telat kuliah yeuh!” Teriak Alek.

“Hmm.. Kalem keudeung deui..” Kata Abdul datar.

“Atuh, Dul. Burukeun! Aing geus telat pisan yeuh!” Alek terus menggedor pintu kamar mandi.

“Enya, kalem, Lek. Keudeung deui rajana kaluar yeuh.” Abdul menjelaskan, meminta Alek untuk bersabar.

Alek geram, dia membabi buta menggedor pintu kamar mandi sambil berteriak, “BURU, DUL!!!”

Abdul masih menghayati pertempuran dengan perutnya cuma menjawab, “NGKE, LEK!”

“Buru, Dul!”

“Ngke, Lek!”

“Buru, Dul! Desak Alek.

“Ke, Lek!” Teriak Abdul dari dalam kamar mandi.

“Buru, Dul!”

“Ke, Lek!”

“Buru, Dul!

“BURUDUL KELEEEK!!!” Teriak Abdul dari dalam kamar mandi. “RAJANA KALUAR REA PISAN!!!” Lanjutnya. Beberapa saat kemudian Abdul pun keluar dari kamar mandi tak menghiraukan Alek. Sejak saat itu pertemanan mereka rusak.

Tamat

3 komentar:

  1. Burudul bisa artinya juga rontok. :). Bagus banget. Like it :). Tapi hanya org Sunda atau minimal yg mengerti Sunda atau pernah tinggal di Bandung yg ngerti.

    BalasHapus
  2. Hahahahaha ... kepikiran aja. Jadi kalo ada orang yg nanya tentang jumlah pengunjung pensi, kemungkinan jawabannya ngacu ke kegiatan Si Abdul sama Alek, nih ?

    BalasHapus
  3. @ Mas Sammy : Terima kasih, Mas. Sepertinya saya harus lebih sering menulis cerita komedi nih. Hihi :P

    @ Sundea : Hihihi. Bisa aja. Kalo pengunjung pensinya buanyaaaak bangeeet ya artinya Burudul Kelek! LOL! :D

    BalasHapus