Okay, cukup segitu intro dari saya. Sekarang kita lanjutkan ke beberapa bagian dari Bab II penelitian saya, yaitu Teori Employee Engagement.
Shall we begin? :D
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Definisi Employee Engagement
Employee engagement pertama kali dikemukakan oleh kelompok peneliti Gallup (Endres & Smoak, 2008). Mereka mengklaim bahwa employee engagement dapat memrediksi peningkatan kinerja pada karyawan, profitabilitas, mempertahankan karyawan, kepuasan konsumen, serta keberhasilan untuk organisasi (Bates, 2004; Baumruk, 2004; Richman, 2006).
Ada beberapa definisi dari employee engagement itu sendiri. Dalam kamus Wikipedia, employee engagement dijelaskan sebagai sebuah konsep yang dinilai dapat mengatur upaya-upaya karyawan yang sifatnya sukarela, yaitu ketika karyawan memiliki pilihan-pilihan, mereka akan bertindak lebih jauh untuk kepentingan organisasi mereka. Karyawan yang engage adalah seorang yang terlibat penuh dalam pekerjaannya dan sangat antusias terhadap pekerjaannya (http://en.wikipedia.org/wiki/Employee_ engagement). Menurut Paradise (2008), employee engagement adalah hasil dari kondisi pekerjaan yang mendukung. Harter, Schmidt, dan Hayes (2002) mendefinisikan employee engagement sebagai bentuk keterlibatan individual dan kepuasannya serta sebagai bentuk antusiasme dalam melakukan pekerjaan. William Kahn (1990) menyatakan employee engagement adalah mengenai perhatian karyawan dan penyerapan mereka terhadap perannya. Wiley & Blackwell, di dalam buku mereka, menyatakan bahwa karyawan yang engage akan memiliki keinginan untuk terikat yang menimbulkan gairah akan pekerjaannya, terikat dengan pekerjaannya, bersedia untuk mengorbankan lebih banyak tenaga dan waktu demi pekerjaannya, dan menjadi lebih proaktif dalam mencapai tujuan pekerjaannya.
Kebanyakan karyawan akan merasa iri kepada mereka yang begitu larut ke dalam pekerjannya sampai-sampai waktu kerja pun tak terasa, yang terlihat bergairah ketika mengerjakan pekerjaannya, yang menemukan arti dan tantangan dalam pekerjaannya, dan yang terlihat tidak sabar untuk pergi ke kantor setiap hari untuk melanjutkan kembali pekerjaannya. Saat bersamaan, banyak orang juga merasa iri terhadap organisasi yang memiliki karyawan yang fokus, bergairah, inovatif, proaktif, dan melakukan hal yang benar di saat yang tepat.
Jack & Suzy mengatakan, “Utamakanlah employee engagement. Tidak ada perusahaan besar maupun kecil yang dapat bertahan lama tanpa karyawan yang bersemangat yang percaya akan misi perusahaan dan memahami bagaimana cara untuk mencapainya.” Atau apa yang dikemukakan oleh Tamara Erickson, “Meningkatkan engagement – adalah suatu cara untuk mendorong individu agar menanamkan lebih banyak energi psikis dalam pekerjaannya – adalah satu hal mudah yang paling kuat yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.”
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa employee engagement adalah penghayatan seorang karyawan terhadap tujuan dan pemusatan energi, yang muncul dalam bentuk inisiatif, adaptibilitas, usaha, dan kegigihan yang mengarah pada tujuan organisasi (Wiley & Blackwell - Employee Engagement : Tools for Analysis, Practice, and Competitive Advantage. Chapter 1 : page 7).
B. Prinsip-prinsip Dasar Employee Engagement
Dalam Employee engagement, seorang karyawan akan menampilkan kinerja yang sangat baik. Ada 4 prinsip utama yang menjadi syarat bagi seorang karyawan untuk menjadi engage, yaitu :
1. The Capacity to Engage
Untuk menciptakan karyawan yang engage dibutuhkan lingkungan kerja yang tidak hanya bisa meminta lebih, tetapi juga menyediakan lahan informasi, kesempatan belajar, dan mampu menciptakan keseimbangan kehidupan karyawannya, yaitu dengan menciptakan suatu basis untuk menampung energi dan inisiatif karyawan.
2. The Motivation to Engage
Engagement muncul ketika karyawan memiliki ketertarikan terhadap pekerjaan mereka dan sesuai dengan nilai pribadi mereka, dan karyawan diperlakukan dengan cara yang secara alami menimbulkan rasa ingin membalas dalam bentuk kebaikan.
3. The Freedom to Engage
Engagement terjadi ketika karyawan merasa aman untuk bertindak berdasarkan inisiatif mereka. Oleh karena itu, kepercayaan menjadi hal yang paling penting di bawah kondisi sulit, tidak pasti, dan kebutuhan untuk berubah – terutama ketika employee engagement itu dianggap penting.
4. The Focus of Strategic Engagement
Ketika perusahaan menyediakan kesempatan untuk berkembang, jenis pekerjaan yang sesuai, pengawasan yang adil dan bijaksana, upah yang sesuai, jaminan keamanan, dan seterusnya, engagement akan muncul dengan sendirinya karena rasa percaya akan prinsip timbal balik.
C. The Feel and The Look of Engagement
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, engagement adalah penghayatan seorang karyawan terhadap tujuan dan pemusatan energi, yang muncul dalam bentuk inisiatif, adaptibilitas, usaha, dan kegigihan yang mengarah kepada tujuan organisasi. Pada dasarnya, engagement itu dibagi menjadi dua jenis, yaitu perasaan untuk engage dan perilaku engagement itu sendiri. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut.
i. The Feel of Engagement
Ada 4 komponen penting dalam diri karyawan agar merasa engage. Kombinasi dari empat elemen di atas adalah yang membuat engagement menjadi baik berbeda dari konsep lain yang berkaitan dan secara simultan menjadi sumber energi dari pencapaian karyawan dan keuntungan persaingan bagi perusahaan. Berikut adalah keempat komponen itu.
a. Urgensi
Urgensi adalah suatu determinasi dan energi yang mengarah kepada satu tujuan. Engagement tidak bisa muncul hanya karena suatu energi biasa, tetapi energi yang sudah mengarah ke satu tujuan. Urgensi juga diartikan sebagai suatu dorongan yang memaksa munculnya suatu perilaku untuk mencapai tujuan.
Konsep dari urgensi menjadi inti dari bagian psikologi lain yang relevan dengan jenis perilaku yang muncul sesuai dengan pengertian dari engagement. Secara konseptual, urgensi memiliki kaitan dengan resiliensi, atau kapasitas untuk bangkit setelah mengalami kegagalan. Urgensi juga memiliki kaitan dengan kepercayaan diri, yang mencakup kepercayaan bahwa seseorang itu pasti bisa mencapai satu tujuan.
b. Fokus
Karyawan yang engage akan merasa fokus ketika bekerja. Di bawah kondisi yang normal, mereka akan merasa tepat sasaran dalam menjalankan pekerjaan dan tidak mudah terdistraksi oleh gangguan dari luar, seperti mengobrol dengan rekan kerja, berdiskusi mengenai tempat makan siang, cuaca yang buruk, dan sebagainya.
Agar terciptanya engagement, dibutuhkan perhatian yang harus dipertahankan dalam rentang waktu yang lebih lama. Hal ini setara dengan kemampuan untuk berkonsentrasi dan terlarut dalam pekerjaan, tetapi bukan berarti menjadi terisolasi terhadap pekerjaan lain yang bukan menjadi prioritas utama.
c. Intensitas
Intesitas di sini diartikan sebagai kedalaman dari konsentrasi. Hal ini diarahkan dalam bagian alami dari tuntutan pekerjaan dan tingkat kemampuan karyawan yang bersangkutan. Ketika tingkat kemampuan cocok dengan tuntutan pekerjaan, karyawan harus menggabungkan perhatian dan energi ke dalam pekerjaan tersebut agar dapat diselesaikan. Sebaliknya, ketika tingkat kemampuan karyawan jauh melebihi tuntutan pekerjaan, maka karyawan tersebut akan merasa bosan, sehingga perhatian dan energi mereka dapat pindah ke hal lain. Intensitas mengarahkan karyawan untuk membuka diri mendekati semua sumber energi yang tersedia.
Secara bersamaan, urgensi, fokus, dan intensitas mengesankan bahwa dalam mencapai suatu tujuan, karyawan yang engage membuka diri mereka ke dalam seluruh sumber yang meluas (kemampuan, pengetahuan, dan energi) dan mengaplikasikannya secara menyeluruh dan giat dalam jangka waktu yang lama.
d. Antusiasme
Antusiasme adalah kondisi psikologis yang secara simultan mencakup energi dan kebahagiaan. Hal ini merupakan kondisi emosi yang mengacu kepada perasaan positif, dan dikonotasikan sebagai positive well-being yang kuat. Ketika kita membayangkan tentang antusiasme karyawan, kita akan mendapatkan gambaran seorang karyawan yang terlibat secara aktif dalam pekerjaannya. Jika diselidiki, karyawan yang antusias dalam bekerja akan merasa lebih “hidup” dan bergairah dalam bekerja.
Antusiasme menjadi pusat dari perasaan engage di dalam pekerjaan. Gairah ini bukan merupakan suatu hasil dari energi dan fokus saja, melainkan suatu elemen dari keunikan engagement itu sendiri. Antusiasme menjadi alasan mengapa engagement dikategorikan sebagai suatu emosi. Komponen emosi yang positif itulah yang disebut dengan antusiasme.
ii. The Look of Engagement
Ada empat perilaku utama yang diperlihatkan oleh karyawan yang memiliki perasaan engage. Perilaku karyawan yang engage dapat terlihat berbeda dari apa yang diamati dan diharapkan. Perbedaan tersebut dapat dilihat tidak hanya secara individual saja tetapi secara keseluruhan dari lingkungan kerja. Berikut adalah keempat perilaku tersebut.
a. Persistence
Persistence diartikan sebagai suatu ketekunan. Bentuk perilaku mengenai ketekunan paling jelas yang dapat diperlihatkan oleh seorang karyawan adalah penyelesaian tugasnya. Contohnya adalah karyawan yang bekerja keras, dalam jangka waktu yang lama tanpa beristirahat, dan dalam jam kerja yang lebih banyak selama hari kerja. Contoh yang lebih spesifik adalah, ketika seorang agen asuransi memilih untuk melewatkan waktu makan siangnya untuk melayanai keluhan dari pelanggannya.
Ketekunan ini mengikuti faktor energi yang mengarah ke tujuan yang sebelumnya dijelaskan sebagai urgensi. Kita dapat mengharapkan perilaku tekun ketika karyawan merasa antusias dikarenakan mereka percaya bahwa mereka mampu memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan. Ketekunan juga akan muncul ketika karyawan secara intens fokus sehingga mereka memperoleh jalur alternatif untuk mencapai tujuan ketika menemui rintangan. Keuntungan dari ketekunan itu sendiri cukup jelas, mencakup kualitas kerja yang lebih tinggi, menghasilkan pelayanan yang lebih cepat dan tanggap, lebih sedikit kebutuhan/tuntutan karyawan, dan biaya yang lebih rendah.
b. Proactivity
Satu karakteristik penting dari karyawan yang engage adalah mereka menjadi proaktif, tidak hanya reaktif, atau bahkan lebih parah, pasif. Menjadi proaktif berarti mengambil tindakan ketika kebutuhan untuk bertindak muncul pada diri karyawan, seperti memperbaiki performa kerja suatu mesin yang mulai memperlihatkan penurunan, daripada hanya diam dan menunggu perintah dari atasan. Atau inisiatif untuk mengerjakan pekerjaan kelompok selagi anggota kelompok yang lain masih berleha-leha.
Hubungan antara merasa engage dan memperlihatkan perilaku proaktif sebenarnya cukup jelas. Pertama, karyawan yang memiliki perasaan urgensi dan tingkat konsentrasi yang tinggi terhadap pekerjaan mereka akan lebih proaktif. Karyawan yang engage akan mengambil inisiatif untuk menghindari atau mencegah suatu masalah. Kedua, karyawan yang engage akan lebih banyak menggunakan sumber energi emosi dan pikiran mereka dalam pekerjaan, sehingga mereka menjadi lebih mungkin untuk mengenali masalah yang potensial, dan kebutuhan atau kesempatan untuk bertindak. Terakhir, karyawan yang merasa antusias terhadap bagaimana performa kerja mereka memengaruhi keberhasilan dari perusahaan dan menginternalisasikan tujuan kelompok dan perusahaan akan lebih mungkin untuk mendeteksi rintangan yang muncul dalam pencapaian tujuan.
c. Role Expansion
Role expansion diartikan sebagai perluasan peran kerja. Karyawan yang engage cenderung akan memperlihatkan peran mereka secara lebih luas dan menyeluruh. Jenis perilaku seperti ini cukup sering terlihat dalam berbagai variasi, tetapi tidak semuanya perilaku itu memperlihatkan adanya loncatan ke dalam satu tipe pekerjaan lain di luar tanggung jawab karyawan yang bersangkutan dan secara lebih umum untuk membantu keberhasilan dari perusahaan.
Di sisi lain, role expansion juga mencakup pergantian peran kerja dalam jangka panjang atau bahkan menetap. Adakalanya seorang atasan mendelegasikan tanggung jawab dan pekerjaannya kepada bawahannya sehingga kompetensi karyawan menjadi lebih jelas terlihat, atau sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Karakteristik penting dalam role expansion adalah kesediaan untuk menerima suatu jenis pekerjaan yang berbeda dari suatu peran.
d. Adaptability
Seorang karyawan yang adaptif akan membantu perusahaannya mengantisipasi dan merespon terhadap perubahan dalam lingkup perasingan secara lebih cepat, lebih berhasil, dan dengan biaya yang lebih kecil. Karyawan yang adaptif akan mengembangkan keterampilan baru seiring dengan perubahan tuntutan, sehingga mengurangi kebutuhan untuk merekrut karyawan baru.
Suatu perubahan dalam skala besar umumnya membutuhkan pelatihan formal untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan. Karyawan yang adatif dapat menyesuaikan terhadap perubahan tersebut tanpa membutuhkan suatu pelatihan formal, sehingga menghemat waktu dan biaya. Karyawan yang adaptif juga membantu meminimalisir besarnya investasi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh manajemen untuk meningkatkan usaha, sehingga membuat perusahaan tetap dapat memimpin persaingan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Well, mungkin itu beberapa penjelasan mengenai teori Employee Engagement yang diambil dari Bab II penelitian saya.
Semoga menjadi bacaan yang bermanfaat.
Terima kasih atas perhatiannya. Dan saya akan lebih berterima kasih jika para pembaca sekalian turut mendoakan diselesaikannya penelitian saya. Hihi :P
Warmest Regards, @ByuSyem :)
Sumber : Wiley & Blackwell - Employee Engagement : Tools for Analysis, Practice, and Competitive Advantage.
hahahah, koflok sekalian sampe kesimpulan brader... tar blog ini buat sidang...
BalasHapusBusettt, ini tugas akhirnya di copy-paste di sini ya :)
BalasHapus@ Mas Sam : Hahaha. Sebagian aja, mas. Aslinya jauh lebih tebel. Kemaren bener2 mentok ide. -_-'
BalasHapusmaaf boleh saya minta literaturnya? saya kebetulan lagi bikin tesis tentang ini.terima kasih. indahlaily@yahoo.com
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusboleh minta literaturnya? kebetulan saya akan mengambil pembahasan EE ini. meyrissa.ayu@gmail.com
BalasHapusTerimakasih, artikelnya sangat bermanfaat. saya butuh artikel ini untuk project infografikmsaya.
BalasHapusmaaf, bole minta literaturenya? saya kebetulan sedang mengambil pembahasan EE. terimakasih. stella.priscilla@hotmail.com
BalasHapuswah samaaa..
BalasHapussaya juga sedang mengambil thesis tentang EE tahun ini..
mohon dikirimkan literatur nya ke email saya yahh..
terima kasih banyak.. =D
indah.kirei89@yahoo.com
Mas, malam. Boleh minta info soal literatur EE ga? Oya, buku Gallup mengenai ini bisa di akses dimana yach? Bisa info? Mohon banget bantuannya. Kirim ke d. amelia@yahoo.com yach. Thansk before for your help bro.
BalasHapusRegards,
Amelia
Slmt mlm mas, saya boleh minta literatur ttg kepemimpinan transformasional thdp EE ga mas? klo ada, saya minta info ny dong mas.. please bgt
BalasHapusemail saya hamdi.dx@gmail.com
mksi sblm ny mas.
Malam mas, boleh saya minta literatur mengenai employee engagement? Email saya di joko.roses@gmail.com
BalasHapusTerima kasih ya mas..
Mas boleh minta literaturnya... email saya ryuwirma@yahoo.com terimakasih
BalasHapusMas boleh minta literaturnya... email saya ryuwirma@yahoo.com terimakasih
BalasHapusmohon dapat dikirimkan literatur mengenai hal ini ke email maria.dwiardiana@yahoo.com..terima kasih
BalasHapusPermisi, saya bisa minta literaturnya tentang EE? email saya rarakharin99@gmail.com terimakasih banyak
BalasHapusBoleh minta literatur ya ? Dikirim kesini icussulistiyo@gmail.com
BalasHapushallo ka, boleh minta literaturnya? saya mau TA tentang ini. tolong di kirim ke tinikartiniq@gmail.com thankyou :)
BalasHapusMas boleh minta literaturnya ke email saya angistiyanj@gmail.com thank you :)
BalasHapuskak permisi, bisa minta literatur EE nya? ke email saya sarrsari13@gmail.com
BalasHapusterimakasih
boleh saya minta literaturnya? ke email saya ya indahanugrah80@gmail.com
BalasHapusterimakasih sebelumnya