Suara bel telah dibunyikan. Terdengar nyaring menusuk telingaku. Pertandingan ini akhirnya dimulai.
***
Ronde 1
Aku memulai awal babak dengan mengamati lawan sambil mengitari ring yang menjadi medan pertempuran.
Pukulan jab mulai kulayangkan. Lawan dapat menghindar.
Aku mengeluarkan pukulan dasar one-two mengarah ke wajahnya. Dia masih mampu mengelak.
Tiba-tiba pukulannya mengenaiku. Tubuhku limbung. Untung saja tidak sampai jatuh.
Lonceng akhir babak pertama telah dibunyikan. Kedua petarung kembali ke sudutnya masing-masing.
***
Ronde 2
Kali ini aku meningkatkan kewaspadaanku.
Kembali pukulan jab kulayangkan ke arah lawan. Dia membalas. Terjadi adu jab sengit antara kami, tetapi tak satu pun mengenai sasaran.
Lawan mendekat mengeluarkan pukulan one-two. Aku berhasil mengelak sekaligus menyarangkan pukulan hook kiri menghantam pelipisnya.
Seolah tak terasa, dia membalasku dengan upper-cut. Daguku terhantam, otakku terguncang.
Kali ini aku jatuh tersungkur. Tetapi aku melawan rasa sakitku. Aku berdiri dengan goyah.
Lonceng akhir babak kedua dibunyikan. Aku diselamatkan olehnya.
***
Ronde 3
Rasa sakit mulai menyelubungi tubuhku. Tetapi aku tak mau menyerah.
Kali ini aku ganti strategi. Mulai memukul dengan membabi buta.Kombinasi straight kanan disusul oleh hook kiri lalu disambung dengan uppercut kanan berhasil menghantam lawan.
Lututnya mulai goyah. Aku yakin dia pasti kesakitan. Ketika aku berniat menghabisinya, ternyata lawan balas memukul.
Kali ini pukulan one-two yang disusul oleh body blow ke arah ulu hatiku bersarang telak. Aku tak dapat menyembunyikan rasa sakitku.
Sarung tinjuku kembali menyentuh kanvas. Tetapi aku berhasil menjejakkan kaki. Pertandingan dilanjutkan.
Bersiap menghabisi nyawaku, lawan datang dengan berlari. Mengeluarkan kombinasi pukulan kecil atas-bawah dan kiri-kanan.
Aku memperkuat pertahanan. Bak katak di dalam tempurung. Lawan terus menerus menghantamkan pukulannya, tetapi tak ada yang telak.
Akhirnya lonceng babak ketiga menusuk telingaku. Sang wasit memisahkan kami. Sekali lagi aku diselamatkan oleh bunyi lonceng.
***
Ronde 4
Aku mulai kehilangan stamina. Napasku terengah-engah. Hanya satu yang kumiliki. Tekad untuk menggapai kemenangan.
Tak dapat melangkah jauh. Strategi di akhir babak ketiga kulanjutkan. Aku seperti kura-kura dalam tempurung.
Lawan kembali mendekati. Kali ini lebih beringas. Segala jenis pukulan yang kuketahui dan jurus pamungkasnya menghantam pertahananku. Beberapa ada yang menembus menusuk kepala dan perutku. Tapi aku tetap bertahan.
Stamina lawan mulai terkuras. Aku melihat ada kesempatan. Aku memberi celah pada pertahananku sebagai pancingan. Dan dia melahapnya mentah-mentah.
Pukulannya mengayun lebar. Dia akan menghabisiku dengan straight kanan andalannya. Tetapi tangan itu tak sampai di rahangku.
Aku mengeluarkan counter punch. Menusuk tajam pelipisnya. Diikuti oleh combo ke arah perutnya. Lalu upper-cut menghantam dagunya. Tubuhnya melayang. Kakinya tak menjejak. Kukerahkan tenaga terakhir pada satu pukulan straight kanan yang mengarah telak ke wajahnya.
Tenagaku habis. Tak ada lagi pukulan yang dapat kukeluarkan. Tapi itu sepadan, lawan tersungkur di atas kanvas. Wasit mulai menghitung.
1.. 2.. 3.. Wasit menyilangkan tangannya. Menyadari bahwa lawan tak dapat melanjutkan pertarungan.
“Aku menang! Inilah hari kemenanganku! Aku berhasil mengalahkan ketupat, opor ayam, sambel goreng kentang, dan kerupuk udang sebanyak empat ronde!” Aku berteriak kegirangan.
Oh jadi hari lebaran kmrn makan 4 kali? Dasar anak kos.
BalasHapus